Menteri Malaysia Bantah Ada Warganya Jadi "Penghibur" ISIS

Sumber :
  • REUTERS/Yaser Al-Khodor
VIVAnews - Wakil Menteri Dalam Negeri Malaysia, Wan Junaidi Tuanku Jafaar membantah keterlibatan perempuan asal Negeri Jiran yang menjadi "penghibur" bagi para pejuang kelompok militan Islamic State of Iraq and al-Sham (ISIS) di Irak dan Suriah. Wan mengatakan, hingga saat ini belum ada bukti keterlibatan warga negaranya dalam aksi itu. 
Asia Tenggara Bisa Jadi Pemimpin Industri Kripto Dunia, Begini Penjelasannya

Stasiun berita Channel News Asia, edisi Jumat 29 Agustus 2014, melansir pernyataan Wan bahwa isi berita di laman The Malaysia Insider sekadar rumor belaka. 
Ratusan Karyawan PT PRLI Demo Lagi, Minta MA Lakukan Penggantian Majelis Hakim

"Namun, apabila ada perempuan Muslim yang terlibat dalam kegiatan semacam itu, maka dia bukan lagi seorang Muslim," ujar Wan ketika menghadiri jumpa pers di Kuching pada Jumat kemarin. 
Ironi Perburuan Badak Jawa di Kawasan Konservasi Ujung Kulon, Cula Dijual Rp 280 Juta

Ketika ditanya komentar soal adanya warga Malaysia yang terlibat dalam kelompok militan di Timur Tengah, Wan mengatakan otoritas Negeri Jiran tengah melacak keberadaan mereka dan menemukan identitasnya. Saat ini, yang dia ketahui jumlahnya mencapai 20 orang. 

Dalam pemberitaan yang diturunkan oleh The Malaysia Insider pada Rabu, 27 Agustus 2014, otoritas Malaysia membenarkan adanya tiga perempuan Negeri Jiran yang berangkat ke Timur Tengah untuk bergabung bersama pasukan ISIS. Namun, cara mereka berjuang berbeda dan dinamai "Jihad Al-Nikah". 

Jihad Al-Nikah merujuk pada konsep kontroversial di mana perempuan menawarkan diri mereka untuk memberi "kenyamanan" secara seksual kepada pejuang guna mendirikan pemerintahan Islam. Konsep ini sebetulnya berasal dari dekrit Wahabi tahun 2013 yang mengajak para perempuan untuk berjihad seks, sehingga meningkatkan semangat pejuang yang melawan rezim Bashar al-Assad di Suriah.

The Malaysia Insider mengutip sumber dari badan intelijen mereka. 

"Para perempuan (Malaysia) ini diduga kuat menawarkan diri mereka kepada pejuang ISIS untuk membangun pemerintahan Islam di Timur Tengah. Konsep ini memang kontroversial, tapi tumbuh seiring perempuan di sini menunjukkan simpati mereka pada perjuangan ISIS," kata pejabat intelijen yang tak mau disebutkan namanya itu.

Masih menurut sumber intelijen itu, salah satu perempuan Malaysia berangkat ke Timur Tengah pada Desember tahun lalu. Usianya berkisar 30 tahun. 
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya