Temui Menlu Kazakhstan, Indonesia Incar Peluang Investasi

Menlu Marty Natalegawa
Sumber :
  • Dok. Kementerian Luar Negeri RI

VIVAnews - Indonesia kini tengah mengincar peluang kemungkinan berinvestasi di Kazakhstan. Hal itu tercermin dari pertemuan bilateral Menteri Luar Negeri Kazakhstan, Erlan Idrissov dengan Menlu Marty Natalegawa di tengah-tengah penyelenggaraan forum global PBB mengenai aliansi peradaban (UNAOC) ke-6 di Nusa Dua, Bali pada Sabtu, 30 Agustus 2014.

Ditemui di ruang Uluwatu 5 Bali Nusa Dua Convention Centre (BNDCC), Marty mengatakan, dalam pertemuan bilateral itu dibahas kelanjutan dari lima perjanjian antar lembaga pemerintah dan 14 perjanjian antar lembaga swasta. Dua di antaranya yaitu membahas kelanjutan pembangunan pabrik mi instan dan ban.

"Terkait pembangunan pabrik mi instan, itu kan bermula karena mengetahui Kazakhstan memiliki potensi penghasil gandum terbesar ketiga di dunia. Dari segi pasokan tentu sangat berlimpah dan sangat baik untuk dibuat kerja samanya," ujar Marty.

Dewas KPK Gelar Sidang Etik Nurul Ghufron 2 Mei terkait Dugaan Penyalahgunaan Wewenang

"Saat itu, wacananya apakah Indonesia ingin mengimpor gandum dari Kazakhstan. Tapi, waktu itu ditetapkan supaya agar bisa lebih maju lagi, maka perusahaan asal Indonesia yang berinvestasi di Kazakhstan," katanya.

Dengan berinvestasi dan membuka pabrik, lanjut Marty, maka Indonesia juga bisa memasok produknya ke pasar di kawasan Asia Tengah. Dia menambahkan, hingga saat ini, pabrik mi instan atau ban belum dibangun.

Untuk bisa menindaklanjuti kerja sama itu, kata mantan juru bicara Kementerian Luar Negeri tersebut, dibentuk sebuah forum konsultasi bilateral. Marty ingin mengetahui apakah ada kendala dalam menjalin kerja sama.

Selama ini, tantangan yang dihadapi Indonesia saat menjalin kerja sama dengan Kazakhstan yaitu adanya persepsi bahwa negara pimpinan Presiden Nursultan Nazarbayev tersebut secara geografis jauh dari Indonesia. Selain itu, kata Marty, masih banyak yang menganggap Kazakhstan memiliki potensi yang belum jelas.

"Jadi, melalui forum ini kita perlu saling lebih kenal. Selain ada forum antar Kementerian Luar Negeri, juga ada forum ekonomi yakni dewan bisnis. Jangan sampai menganggap Kazakhstan tidak menawarkan peluang yang baik bagi Indonesia," kata dia.

Marty menambahkan, justru dengan memasok produk Indonesia ke Kazakhstan, bisa membuka celah pasar ke Rusia dan Belarusia dengan jumlah pasar potensial mencapai 200 juta.

BUMN dan perusahaan swasta Indonesia berencana melakukan investasi hingga US$1 miliar atau sekitar Rp10 triliun di Kazakhstan. Perusahaan Indonesia yang akan masuk antara lain PT Indofood Sukses Makmur Tbk, PT Multistrada Arah Sarana Tbk, PT Pertamina, dan PT Indofarma Tbk.

Khusus pembangunan pabrik mi instan sempat disinggung oleh Presiden Nazarbayev saat SBY berkunjung ke Kazakhstan pada 2013. Menurut Nazarbayev, mi instan buatan Indonesia sangat dikenal.

Data dari Kemenlu menyebut, nominal perdagangan antara kedua negara kian meningkat. Periode 2008 hingga 2012 kenaikan volume perdagangan mencapai dua kali lipat menjadi US$34 juta menjadi US$64 juta. Kini, volume perdagangan diprediksi bisa menembus USS$100 juta pada 2017. (art)

Neta L

Neta Pamer Mobil SUV Baru Rp200 Jutaan

Neta, pabrikan mobil listrik asal China, memperkenalkan empat model Neta L di pasar domestiknya. SUV berdesain modern ini menarik perhatian dengan teknologi canggih dan j

img_title
VIVA.co.id
25 April 2024