Rusia Ancam Tutup Wilayah Udara untuk Penerbangan Komersial

Vladimir Putin (kiri) dan Dmitry Medvedev
Sumber :
  • REUTERS/Yekaterina Shtukina/RIA Novosti/Kremlin
VIVAnews
Arema FC Semakin Jauh Dari Zona Degradasi
- Perdana Menteri Rusia, Dmitry Medvedev, pada Senin memperingatkan negara mitranya dari Barat bahwa mereka akan menutup wilayah udaranya agar tidak bisa dilewati oleh maskapai penerbangan komersial. Ancaman itu merupakan respons yang disampaikan Medvedev, atas sanksi yang dijatuhkan anggota organisasi Uni Eropa terkait konflik Ukraina.

Ada Lampu Jalan di Jakarta Bisa Terkoneksi sama Internet

Dilansir dari
MK Sebut Hakim Arsul Sani Bisa Tangani Sengketa Pileg PPP
USA Today , Senin, 8 September 2014, pernyataan Medvedev itu dilontarkan ketika dia diwawancarai secara khusus oleh harian bisnis Rusia,
Vedomosti
. Dalam sanksi terbaru yang akan diberlakukan secara resmi oleh UE yaitu larangan peminjaman dan pembiayaan keuangan dari UE kepada perusahaan energi besar Negeri Beruang Merah. Termasuk di dalamnya Rosneft, Transeft dan unit minyak dari Gazprom.


"Apabila ada beberapa sanksi terkait sektor energi atau pembatasan lebih jauh di sektor keuangan Rusia, kami akan merespons secara asimetris," kata Medvedev.


Rusia pun, lanjut Medvedev, bisa mengeluarkan pembatasan transportasi.


"Kami yakin memiliki hubungan baik dengan mitra kami dan maskapai asing dari negara sahabat yang diizinkan terbang di wilayah udara Rusia. Namun, kami akan merespons pembatasan apa pun yang diberikan kepada kami," papar pria yang pernah menjabat sebagai Presiden Rusia itu.


Dia menjelaskan, penutupan wilayah udara Rusia merupakan balasan yang mahal bagi maskapai negara-negara Barat. Sebab, mereka secara teratur melintasi Benua Eropa dan Asia melalui Rusia.


"Saya berharap mitra kami akan lebih cerdas," tegas Medvedev.


Apabila pelarangan itu diberlakukan, Medvedev menjamin banyak maskapai yang akan bangkrut. "Namun, itu merupakan kisah buruk. Kami hanya menginginkan mitra kami untuk menyadarinya dalam beberapa hal," kata dia.


Menurut dia, sanksi justru tidak membawa perdamaian apa pun bagi Ukraina.


"Sanksi malah akan melebar dan jauh dari sasaran. Mayoritas politisi menyadari hal itu," imbuh Medvedev.


Sebenarnya, ancaman serupa sudah pernah diungkap oleh Rusia pada Juli lalu. Hal itu disebabkan, sanksi dari negara-negara Barat berdampak terhadap maskapai berbiaya rendah milik Rusia, Dobrolet. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya