Dokter AS Sumbang Darah untuk Bantu Pasien Ebola

Dr. Kent Brantly yang merawat korban ebola di Liberia diduga juga terjangkit
Sumber :
  • Reuters/ Samaritan's Purse
VIVAnews - Mantan pasien Ebola, Dr. Kent Brantly, pekan lalu sengaja mendonorkan darahnya untuk membantu pengobatan pekerja kemanusiaan, Dr. Rick Sacra, yang juga terinfeksi penyakit itu. Menurut keterangan Presiden dan CEO organisasi kemanusiaan, Samaritan Purse, Franklin Graham, Brantly terbang ke Nebraska, tempat Sacra dirawat. 
Thailand Prime Minister Welcomes Albino Buffalo to Government House

Dilansir dari laman NBC News, Kamis 11 September 2014, golongan darah keduanya, ujar Graham, secara kebetulan sama. Dokter yang merawat Sacra di Pusat Medis Universitas Nebraska mengatakan, setelah berhasil pulih dari Ebola, Brantly, memiliki anti bodi yang tidak dimiliki oleh Sacra. Sistem kekebalan tubuhnya lah yang membantu Sacra melawan virus mematikan tersebut.
Peluang Liverpool Gaet Xabi Alonso Mengecil

"Mereka begitu sama, sehingga saya tidak terkejut kalau mereka memiliki golongan darah yang sama. Hal ini sangat berarti bagi kami, bahwa bersedia menyumbangkan darahnya begitu cepat setelah dinyatakan pulih," ungkap istri Sacra, Debbie saat memberikan keterangan pers.
Netizen Murka Disebut Suara Paslon 02 Nol: Mungkin Aku yang Dimaksud Angin Tak ber-KTP

Dokter mengatakan kondisi Sacra kian membaik setiap hari. Hal itu juga diungkap oleh Dr. Angela Hewlett, yang ikut merawat Sacra. Kondisinya telah meningkat dari "baik" menuju "stabil". 

Di titik ini, mereka tidak merasa kondisi Sacra akan memburuk. Para dokter juga telah memprediksi secara berhati-hati keberhasilan pengobatan Sacra. 

Dokter-dokter yang bertugas di Afrika menyebut, ada semacam "periode bulan madu" bagi pasien yang menderita Ebola setelah mereka mengalami situasi yang buruk. 

Selain memberikan perawatan bermodalkan transfusi darah dari Brantly, dokter juga memberikan Sacra dukungan suportif untuk membantu sistem daya tahan tubuhnya mampu melawan virus Ebola. Dua di antaranya melalui cairan infus dan elektrolit. 

Dokter di Nebraska juga memberikan obat percobaan kepada Sacra, namun mereka tidak menyebut nama obat tersebut. CNN menyebut, kemungkinan obat percobaan itu disebut TKM-Ebola. Sacra mengkonsumsi obat tersebut setiap hari dan menurut dokter, obat itu sangat membantu.

Menggunakan serum dari mantan pasien yang berhasil selamat dari sebuah penyakit memang bukan hal baru. Pada pekan lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendorong agar menggunakan metode tersebut. Hal itu, ungkap WHO, layak untuk dicoba.

Tujuannya sederhana, yakni mantan pasien telah memiliki antibodi terhadap virus tersebut di dalam darah mereka. Antibodi itu dapat membentuk sistem daya tahan tubuh ke pasien lainnya.

Misi Kemanusiaan

Sacra terinfeksi virus Ebola ketika melakukan misi kemanusiaan di Monrovia, Liberia bulan Agustus lalu. Sebelum terbang ke sana, Sacra khawatir Ebola akan menyebabkan efek domino terhadap sistem kesehatan yang sudah rentan di Liberia. Sementara, warga dengan penyakit biasa, dikhawatirkan tidak dapat memperoleh bantuan. 

Kekhawatiran itu menjadi kenyataan ketika dia tiba di Monrovia dengan membawa nama organisasi kemanusiaan SIM. Keberadaan Sacra di sana, bukan secara khusus untuk membantu pasien Ebola.

Sacra telah berpartisipasi dalam misi kemanusiaan dengan SIM selama 25 tahun. Sebelum membuka klinik kesehatan, dia perlu menyiapkan peralatan pelindung kesehatan. Namun, mencari sarung tangan karet di Monrovia tidak mudah.

Sacra rela berkeliling mencarinya dari satu toko ke toko lain. Dia membutuhkan benda itu untuk melindungi stafnya. 

Tanpa alat-alat pelindung, kata Debbie, klinik medis tempat suaminya bekerja ditutup. Ketika pada akhirnya, Sacra berhasil membuka klinik, hal itu sudah terlambat. 

Debbie mengatakan puluhan wanita hamil yang membutuhkan operasi cesar muncul di klinik setelah gagal memperoleh pertolongan di klinik mana pun di Monrovia. Saat membantu proses persalinan para Ibu hamil inilah, Sacra diduga tertular virus Ebola.

Brantly juga terinfeksi Ebola ketika bertugas di Liberia pada akhir Juli lalu. Dia dan rekannya, Nancy Writebol diterbangkan dari Liberia dan dirawat di Rumah Sakit Universitas Emory di Atlanta. 

Selama dirawat, dia dan Writebol mengkonsumsi obat percobaan Ebola, ZMapp. Brantly dibolehkan keluar rumah sakit tanggal 21 Agustus lalu. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya