Ilmuwan Coba Buat Replika Kapal Nabi Nuh

Replika Kapal Nuh
Sumber :
  • dailymail.co.uk

VIVAnews - Pakar dari British Museum, Irving Finkel, berusaha membuat replika kapal Nuh dengan tangan, tanpa adanya bantuan teknologi ataupun alat berat lainnya. Replika kapal tersebut dibuat berdasarkan cetak biru yang dibuat di Babilonia kuno, sekitar 4.000 tahun lalu.

Cetak biru itu tertera pada lempengan tanah liat yang berasal dari Mesopotamia kuno--Irak di era kini--seperti dikutip dari laman Daily Mail edisi 12 September 2014. Finkel merupakan ilmuwan yang tahun lalu sempat mengutarakan teori kontroversi dengan menyebut bahwa Bahtera Nuh berbentuk bulat dan terbuat dari alang-alang.

Finkel mengatakan, replika yang dia buat memiliki skala yang lebih kecil dari ukuran asli "Bahtera Nuh". Hanya beberapa pasang hewan jinak saja yang bisa masuk replika bahtera tersebut.

Lebih lanjut dia menjelaskan, cetak biru kapal Nuh itu ditulis dalam cuneiform – salah satu jenis tulisan awal di peradaban manusia. Dalam artefak itu disebutkan bahwa bentuk bahtera itu adalah bulat dan ini merupakan catatan pertama mengenai cerita air bah Babilonia.

Catatan di lempengan itu juga secara spesifik menjelaskan bahwa lantai bahtera merupakan daerah "dari satu bidang" dan sisi-sisinya  dibangun dari 30 tulang rusuk, memuat 3.600 kandang, serta ditutupi dengan "satu jari aspal."

Para ahli sebelumnya menyatakan, bahtera yang asli kemungkinan berukuran separuh lapangan sepakbola dan dibangun memakai tali yang bisa sepanjang jarak Edinburgh ke London.

Istri Bintang Emon Positif Narkoba Gegara Obat Flu, Begini Penjelasan Ahli

Namun, Finkel berkesimpulan lain. Menurut dia, bahtera Nuh bukan seukuran setengah lapangan sepakbola. Hal ini berdasarkan Finkel pada beberapa faktor, salah satunya sejumlah besar bahan yang dibutuhkan.

Tanpa alat modern

Bikin 2 Gol ke Gawang Korsel, Begini Kata Rafael Struick

Replika Kapal Nuh
(Foto: Pembuatan replika bahtera Nuh tidak menggunakan bantuan teknologi apapun--Dailymail)


Pembuatan replika bahtera Nuh tidak menggunakan bantuan teknologi apapun. Selama empat bulan, kapal ini dibangun di Kerala, bagian selatan India.

Anies Buka Peluang Maju Pilgub Jakarta: Saya Baru Satu Periode

Bahan-bahan kapal ini merupakan material yang diimpor atau berasal dari lokal India. "Alat transportasi" yang digunakan untuk mengangkut material inipun adalah gajah.

Tim juga tidak mau "curang" dengan memakai alat-alat listrik modern, bahkan tidak mau memakai lem dan paku. Mereka berusaha memakai apa yang ada di zaman 4.000 tahun lalu, untuk merekatkan sendi-sendi pada kapal. Mulai dari kayu, bambu, buluh, dan lain sebagainya.

Salah satu pekerjaan yang paling sulit adalah melapisi kapal bagian luar dengan aspal yang lengket. Maksud penggunaan aspal ini agar kapal kedap air.

Di Mesopotamia kuno, bagian melapisi aspal ini paling mudah. Sebab, aspal dari daerah ini di masa itu merupakan yang terbaik dan mudah didapat.  Sebaliknya, tim harus puas dengan aspal India yang cepat kering, tapi melumer saat terpapar panas.

Saat tiba di Kerala untuk memeriksa hasil karya, Finkel merasa seperti "melayang keluar dari Zaman Perunggu".

Namun, replika tidak sesuai harapannya. Ketika dilepas menuju perairan, kapal tersebut bocor di bagian lambung. Dan, Finkel menyalahkan aspal yang berkualitas rendah.

"Jika kita bisa memakai aspal Irak dan melapisi dengan hati-hati, kita bisa berlayar ke New York tanpa masalah," kata dia. (ita)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya