Bersekutu dengan AS, ISIS Eksekusi Warga Inggris

Warga Inggris, David Haines sebelum dieksekusi ISIS
Sumber :
  • REUTERS/SITE Intel Group via Reuters TV
VIVAnews - Kekejaman kelompok militan Islamic State of Iraq and al-Sham (ISIS) terus merajalela. Warga Inggris bernama David Haines dieksekusi ISIS dengan cara dipenggal. 
Tim Pengawal Anies Pamitan usai Pilpres 2024 Berakhir

Harian Inggris, The Guardian Minggu, 14 September 2014 melaporkan serupa dengan metode eksekusi dua jurnalis asal Amerika Serikat, James Wright Foley dan Steven Sotloff, aksi sadis itu direkam dalam sebuah video dan dirilis ke publik pada Sabtu malam. Dalam video berjudul "A Message to the Allies of America" seorang pria yang sebagian besar wajahnya ditutup terlihat berada di samping Haines. 
Perasaan Shin Tae-yong Usai Timnas Indonesia U-23 Singkirkan Korea Selatan

Sama seperti cara eksekusi dua korban sebelumnya, warga Inggris berusia 44 tahun itu, mengenakan pakaian berwarna oranye dan berkepala plontos. Keduanya terlihat berada di sebuah gurun pasir. 
Christian Bautista Bakal Tampil di Konser Westlife: The Hits Tour 2024

Dalam video berdurasi dua menit dan 28 detik itu, Haines yang diketahui pernah bertugas sebagai anggota militer Angkatan Udara Inggris selama 12 tahun menyampaikan pesan kematiannya di hadapan kamera. Pesan kematian itu secara khusus ditujukan bagi Perdana Menteri David Cameron.

"Anda malah berkoalisi secara sukarela dengan Amerika Serikat melawan ISIS, sama seperti mantan pendahulu Anda Tony Blair. Anda malah meneruskan tren di antara PM kami yang tidak memiliki keberanian untuk mengatakan tidak kepada Amerika," ungkap Haines. 

Sayangnya, lanjut Haines, justru kami warga Inggris, pada akhirnya yang harus membayar atas keputusan egois para anggota parlemen. Selanjutnya, giliran pembunuh Haines yang menyampaikan pesannya di video itu. 

"Warga Inggris harus membayar harga atas janji Anda, Cameron, untuk memberikan senjata kepada tentara Peshmerga melawan ISIS. Ironisnya, dia telah menghabiskan satu dekade hidupnya untuk mengabdi kepada AU Inggris yang justru bertanggung jawab atas pengiriman senjata itu," ungkap si pelaku yang berpakaian serba hitam. 

Dia memperingatkan dengan berkoalisi bersama AS untuk terus menghancurkan Muslim Irak dengan mengebom Bendungan Haditha hanya akan membuat Inggris hancur.

"Dan bermain menjadi anjing yang penurut terhadap AS, Cameron, malah akan menyeret Anda dan warga Anda ke dalam peperangan berdarah lainnya dan tidak akan dimenangkan," imbuh si pelaku. 

Di bagian akhir, pelaku menunjukkan sandera lainnya yang diancam akan menjadi target selanjutnya eksekusi ISIS. Sandera itu, diduga merupakan warga Inggris. 

Inggris mengecam

Pemerintah Inggris saat ini tengah menyelidiki keaslian video itu. Namun, ini merupakan kejutan bagi Inggris, karena warganya untuk kali pertama dieksekusi ISIS.

Cameron pun mengecam pembunuhan warganya. 

"Ini merupakan sebuah pembunuhan pekerja kemanusiaan yang tidak berdosa yang keji dan mengerikan. Saya turut berduka bersama keluarga David Haines yang telah menunjukkan keberanian yang luar biasa dan ketabahan dalam menghadapi cobaan ini," ungkap Cameron.

Dia berjanji akan melakukan apa pun sesuai dengan kekuasaannya untuk memburu para pembunuh tersebut. 

"Saya juga memastikan akan membuat mereka memperoleh hukuman setimpal tidak peduli berapa lama waktu yang dibutuhkan," tegas Cameron. 

Dukungan juga diberikan Presiden AS, Barack Obama. Selain mengecam, AS menjanjikan akan saling membahu dengan Inggris untuk melawan ISIS. 

"Kami akan bekerja dengan Inggris dan koalisi beberapa negara di kawasan Timur Tengah dan seluruh dunia untuk menjatuhkan hukuman serta menghancurkan ancaman ini terhadap rakyat kami dan dunia," tegas Obama.

AS telah melakukan setidaknya sembilan serangan udara terhadap ISIS pada pekan lalu. Akibat serangan itu, Bendungan Haditha terancam akan jatuh ke tangan militer pemerintah.

Video Haines muncul sebelas hari selang video eksekusi Sotloff dipublikasikan. Dia lahir di Yorkshire Timur, namun dibesarkan di Perthshire. Sebelum diculik dia bermukim di Kroasia bersama istri keduanya, Dragana.

Haines diculik ketika tengah melakukan misi kemanusiaan bersama organisasi bernama Acted. Sebelumnya, dia bekerja di Libya dan Sudan Selatan. Saat di Libya, Haines bekerja sebagai Kepala Misi Orang Berkebutuhan Khusus Internasional, yang membantu warga disabel agar keluar dari kemiskinan dan zona perang.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya