Keluarga Pernah Minta ISIS Tidak Eksekusi David Haines

David Haines bersama istri di Kroasia, Dragana
Sumber :
  • NEWS LIMITED/Tim Stewart
VIVAnews - Tepat satu hari sebelum warga Inggris, David Haines, dieksekusi oleh kelompok militan Islamic State of Iraq and al-Sham (ISIS), pihak keluarga mengirim pesan kepada mereka. Pesan itu berisi agar kelompok ISIS membuka jalur komunikasi dengan keluarga.
Shin Tae-yong Dapat Kabar Baik dari Erick Thohir soal Perpanjangan Kontrak

Dilansir dari harian Telegraph, Minggu, 14 September 2014 informasi tersebut akhirnya dipublikasikan Kementerian Luar Negeri Inggris kemarin. Di dalamnya tertulis: "Kami keluarga David Haines. Kami telah mengirimkan beberapa pesan kepada Anda yang belum dijawab. Kami meminta kepada siapa pun yang kini tengah menahan David agar menghubungi kami". 
Menggabungkan Teknologi dan Kecantikan, Era Baru Perawatan Kulit dengan AI

Selain pesan itu, tidak ada informasi lebih jauh yang dirilis Kemenlu Inggris. Sebelumnya, ketika video eksekusi salah seorang jurnalis Amerika Serikat, Steven J. Sotloff dirilis, Haines kali pertama muncul setelah diculik di Suriah pada tahun 2013. 
Potong Kuku Mulai dari Jari Mana? Ini Penjelasan Ustaz Adi Hidayat

Dalam video tersebut, pria berusia 44 tahun itu terlihat berlutut di tengah gurun pasir, mengenakan pakaian berwarna orange, dan berkepala plontos. Di sampingnya berdiri salah seorang anggota ISIS yang mengancam akan segera mengeksekusi Haines jika Inggris ikut bersekutu dengan AS menghancurkan kelompok pimpinan Abu Bakar al-Baghdadi. 

Insiden eksekusi Haines, mulai memicu perdebatan di beberapa kalangan mengenai perlu atau tidaknya membayar uang tebusan bagi korban penculikan ISIS. Pemerintah Inggris dan AS selama ini memiliki kebijakan yang jelas untuk menolak pembayaran uang tebusan tersebut, karena khawatir akan digunakan untuk mendanai kegiatan terorisme dan memicu terjadinya penculikan individu lain di masa depan. 

Namun, beberapa orang yang diculik bersama Haines selama 18 bulan terakhir, terbukti bebas. Asumsinya, pemerintah negara warga itu berasal tidak memiliki kebijakan yang begitu ketat dalam pemberlakuan uang tebusan. 

Menurut seorang negosiator krisis penyanderaan, James Alvarez, keputusan Keluarga Haines untuk muncul ke publik karena menurut mereka sudah tidak ada jalan keluar yang lain. 

"Apabila saat ini mereka mempublikasikan pernyataannya, kemungkinan ISIS belum bersedia untuk berbicara," ungkap Alvarez. 

Dia menambahkan, pemerintah mungkin telah mengatakan kepada keluarga agar bersiap dengan skenario terburuk. 

"Mereka mungkin mengatakan kepada keluarga supaya berharap terbaik, namun juga bersiap untuk yang terburuk," imbuh dia.

Sementara, organisasi kemanusiaan tempat Haines bekerja, Agency for Technical Cooperation and Development (Acted) mengaku terkejut dengan kemunculan video Haines saat Sotloff dieksekusi. Setelah diculik di bagian utara Suriah Maret tahun lalu, identitasnya sengaja tidak diungkap ke publik selama 19 bulan. 

Saat itu, Pemerintah Inggris tidak ingin membahayakan upaya negosiasi pembebasan dia. Namun, situasi berubah secara dramatis, ketika James Wright Foley dieksekusi oleh ISIS. 

Diancam Pemerintah AS

Keluarga Foley bahkan pada akhir pekan lalu sempat geram dengan sikap Pemerintah AS. Ibu Foley, Diane, mengatakan pemerintah telah mengancam keluarga dia, supaya tidak membayar uang tebusan kepada ISIS. Apabila perintah itu dilanggar, maka mereka akan ditangkap. 

"Kami hanya diberi tahu bahwa dia akan bebas entah bagaimana caranya, secara ajaib. Tapi, tetap pada akhirnya dia tidak bebas, bukan?," tanya Diane saat diwawancarai oleh stasiun berita CNN

Menurut Diane, upaya yang dipilih oleh keluarga dianggap pemerintah dapat menganggu AS dan kebijakan jangka panjang pemerintahnya. 

Namun, pernyataan Diane dibantah oleh pejabat berwenang AS. Mereka berdalih tidak mengancam keluarga Foley, tetapi mengingatkan apabila mereka mencoba membayar uang tebusan, maka akan ada konsekuensinya. 

Menteri Luar Negeri, John Kerry, pun menepis anggapan bahwa pemerintahan Barack Obama tidak melakukan apa pun untuk membebaskan sandera lainnya. Dia bersikeras tidak akan memaafkan apabila ada ancaman dan melakukan berbagai cara agar James bisa dipulangkan. 

"Saya dan pejabat lain di pemerintahan bekerja sama kerasnya. Seperti yang Anda ketahui, saya terbang dari satu negara ke negara lain. Puluhan negara lain bahkan berbicara mengenai sebuah upaya untuk menciptakan beberapa jalan menuju keberhasilan," kata dia.

Kerry mengakui upaya itu memang belum berhasil. 

"Tragis, pada kenyataannya kami tidak sukses dalam menemukan mereka. Jadi, saya turut berduka bagi keluarga," imbuh Kerry.  (adi)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya