Al-Qaeda Minta ISIS Lepaskan Sandera Warga Inggris

Alan Henning tengah menggendong anak pengungsi di Suriah
Sumber :
  • REUTERS/Henning family handout via the British Foreign and Commonwealth Office/Handout via Reuters
VIVAnews - Kelompok militan yang dituding menjadi dalang tragedi 11 September 2001, Al-Qaeda, meminta Islamic State of Iraq and al-Sham (ISIS) melepaskan pekerja kemanusiaan asal Inggris, Alan Henning. Menurut Al-Qaeda, Henning tidak berdosa karena kehadiran dia di Suriah murni untuk membantu kaum Muslim yang menderita. 
Live World Boxing Welter Super WBO dan WBC, Tszyu vs Sebastian Fundora Tayang Akhir Pekan di tvOne

Harian Inggris, The Independent, edisi Senin, 15 September 2014 memperoleh pernyataan itu dari seorang pembuat film asal Amerika Serikat, Bilal Abdul Kareem, yang kerap melaporkan secara eksklusif dari Suriah. Hal itu dibuktikan ketika pemimpin lokal atau emir kelompok pemberontak Jabhat al-Nusra mengunjungi rekannya yang menjadi anggota ISIS empat hari setelah Henning diculik.
Daftar Tempat Charging Mobil Listrik di Tol Trans Jawa saat Mudik Lebaran 2024

Jabhar al-Nusra, merupakan salah satu afiliasi dari Al-Qaeda.  
Meet Nicole Shanahan, VP Candidate of the United States

Emir itu bersikeras menyatakan apa yang telah dilakukan ISIS bertentangan dengan Hukum Islam dan kontra produktif. 

"Empat hari usai dia diculik, Emir berkunjung ke Al-Dana -- tempat Henning ditahan. Dia mengatakan: lihat, apa yang kalian lakukan itu keliru. Kalian tidak memiliki urusan dengan apa yang kalian lakukan saat ini. Kalian tidak memiliki hak menculik dia dan tidak ada alasan untuk menahannya hanya karena dia bukan Muslim," ujar Kareem. 

Henning diketahui satu-satunya non Muslim di kelompok sukarelawan dari Inggris. Kelompok amal tersebut bertugas menyiapkan sebuah konvoi ambulans tua untuk mendistribusikan pasokan medis ke Al-Dana. Lokasinya terletak beberapa mil dari perbatasan Turki. 

Kareem mengaku pernah berbicara langsung dengan Emir Jabhat al-Nusra setelah dia kembali dari Al-Dana. Emir itu mengaku yakin, kata Kareem, Henning akan dibebaskan. Karena itu yang dijanjikan ISIS. 

Namun, yang terjadi kemudian, imbuh Kareem, Henning malah dipindahkan dari tahanan di Al-Dana ke lokasi lain. Sejak saat itu, kabarnya tidak pernah lagi terdengar. 

Dikira mata-mata

Dalam blog yang ditulis Kareem, ditulis informasi lebih detail mengenai perdebatan saat menculik Henning. 

"ISIS bersikeras menuduh Henning seorang mata-mata. Bahkan, kaum Muslim di konvoi itu diminta untuk membuktikan bahwa mereka dia bukan mata-mata," tulis Kareem. 

Di mata ISIS, tidak mungkin seorang kaum Kristiani berkulit putih ingin datang ke Suriah di waktu saat ini. Kecuali, orang itu seorang mata-mata. 

"Seorang komandan ISIS lalu menunjukkan kepada kaum Muslim di dalam konvoi, paspor Henning dan mengatakan terdapat chip rahasia di balik dokumen itu. Ini merupakan bukti agen intelijen dapat terus melacak keberadaan dia," kata Kareem. 

Namun, temuan ISIS itu dibantah oleh salah seorang Muslim di konvoi itu. "Semua paspor dari Inggris memang seperti itu!," ujar pria itu sambil menunjukkan paspor Inggris miliknya. 

Sementara kaum Muslim lainnya di dalam konvoi mengatakan kepada ISIS bahwa Henning rela tidak merayakan Natal bersama keluarga dan memilih datang ke Suriah untuk membantu orang-orang di sini. Warga itu pula yang kini coba diselamatkan ISIS. 

Namun, ISIS tetap tidak ingin melepas Henning, karena ingin menukarnya dengan seseorang yang kini tengah ditahan di penjara di Inggris. Sementara, kaum Muslim lainnya tindakan itu tidak sesuai nilai-nilai Islam dan mereka tidak memiliki tuduhan apa pun ke pria berusia 47 tahun tersebut. 

Pekerja kemanusiaan lainnya, mengatakan kepada ISIS, warga Suriah kini tengah bergantung kepada konvoi ini dan tindakan mereka justru malah akan menciptakan permasalahan baru. Kalimat itu dijawab salah seorang anggota ISIS dengan ketus: "kita tidak butuh konvoi. Kita butuh Allah". 

Tersebarnya soal berita Al-Qaeda yang ingin menyelamatkan Henning seolah membenarkan persepsi bahwa kelompok yang dulu dipimpin Osama bin Ladn tidak setuju dengan arah kebijakan ISIS. Menurut Direktur Internasional di Pusat Studi Radikalisasi, King's College, London, Peter Neumann, Al-Qaeda menyadari cara yang digunakan oleh ISIS justru malah akan menyebabkan mereka kehilangan teman.  

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya