Gunakan Media, ISIS Rilis Video Propaganda Baru

Jurnalis Inggris, John Cantlie, dalam video propaganda ISIS
Sumber :
  • REUTERS/SITE Intel Group via Reuters TV
VIVAnews - Kelompok militan Islamic State of Iraq and al-Sham (ISIS) tidak kehabisan akal untuk terus melakukan propaganda. Pada Kamis malam, 18 September 2014, kelompok pimpinan Abu Bakar al-Baghdadi itu kembali merilis video berjudul "Lend Me Your Ears". 
Prof Raymond Tjandrawinata Raih Top 3 Peneliti Bidang Farmasi di Indonesia

BBC edisi Kamis kemarin melansir video berdurasi tiga menit lebih itu tidak menampilkan eksekusi siapa pun, melainkan propaganda yang jelas. Dalam video tersebut terdapat sandera asal Inggris lainnya, seorang jurnalis bernama John Cantlie. 
Biasanya Kalem, Ternyata Beby Tsabina Bisa Juga Jadi Anak Motor

Sama seperti sandera lainnya, Cantlie terlihat mengenakan baju berwarna orange dan berkepala plontos. Bedanya, tidak ada anggota ISIS yang terlihat di video itu dan berada di sampingnya untuk siap mengeksekusi. 
Hari Buku Sedunia, Starbucks Indonesia Serahkan 8.769 Buku untuk Anak-anak

Kali ini video tersebut ditujukan bukan kepada para pemimpin negara barat, melainkan kepada publik. Cantlie yang pernah bekerja untuk beberapa nama media besar seperti Sunday Telegraph, The Sun, dan Sunday Times, berbicara di video itu layaknya juru bicara bagi ISIS. 

Cek videonya di sini.

Cantlie menuding keberadaannya yang hingga kini di tangan ISIS, lantaran telah diabaikan oleh pemerintahnya. Dia turut mengatakan bahwa dirinya seorang narapidana, sehingga nyawanya kini tergantung kepada kelompok penculik. 

Yang lebih mencengangkan, Cantlie menyampaikan pemberitaan media barat selama ini mengenai ISIS condong keliru. Oleh sebab itu, dalam beberapa video lainnya, dia akan mengungkap fakta yang dapat diverifikasi.

"Saya akan tunjukkan kebenaran kepada Anda mengenai sistem dan motiviasi ISIS, serta cara kerja pemberitaan media barat, organisasi tempat saya dulu bekerja, memanipulasi kebenaran kepada publik. Selalu ada dua sisi untuk setiap kisah. Apakah Anda pikir, Anda selalu mengetahui kelengkapan kisahnya?," ujar Cantlie. 

Dia menambahkan, akan menunjukkan fakta mengapa sandera asal negara Eropa lainnya yang semula ikut ditawan, kini bisa bebas. 

"Dan bagaimana Pemerintah Inggris dan Amerika Serikat bisa melakukan hal yang berbeda, sehingga nasib sandera asal kedua negara itu bisa sama seperti negara Eropa lainnya," imbuh Cantlie. 

Pemerintah negara-negara Eropa mencoba untuk bernegosiasi dengan ISIS, sedangkan warga Inggris dan AS tetap ditahan. 

Cantlie turut mempertanyakan keputusan Pemerintah Inggris yang justru kembali terlibat dalam peperangan di Timur Tengah. 

Menurut koresponden BBC, Frank Gardner, Cantlie jelas membaca naskah yang telah disiapkan oleh kelompok tersebut. Dia turut menambahkan, video ini ditujukan bagi publik Inggris, khususnya kaum Muslim. 

Menteri Luar Negeri Inggris, Philip Hammond, mengatakan akan meneliti secara seksama materi apa pun yang diunggah ke dunia maya. Video semacam ini, imbuh Hammond, bisa membuat keluarga tertekan. 

Dari komentar yang disampaikan Cantlie, jelas video itu direkam tahun ini, namun tidak diketahui kapan. 

Berhasil kabur

Laman New York Times Daily melansir, Cantlie, diculik oleh kelompok militan Islam pada 2012. Saat itu, dia bisa kabur kendati tertembak di bagian lengannya. Kepada harian The Guardian, Agustus 2012, Cantlie berkisah bisa kabur dengan bantuan kelompok Pasukan Pembebasan Suriah.

Namun, dalam video terbaru, Cantlie bercerita, dia diculik kembali pada Oktober 2012. Tidak diketahui dengan jelas apakah kelompok yang menculik dia saat itu juga terkait dengan ISIS. 

Cantlie mengatakan, selama ditawan sebelumnya, kelompok militan itu kerap mempermainkan pikiran para sandera. 

"Para bedebah itu secara terus-menerus mengancam kami dengan kematian. Mereka selalu mengokang senjatanya, membawa kami seolah-olah kami akan segera dieksekusi, menajamkan pisau untuk memenggal sandera. Jadi, mereka secara umum sengaja memainkan emosi dan pikiran kami," kata Cantlie.

Video tersebut dirilis bertepatan dengan keputusan yang diambil Washington untuk memberikan respons militer yang lebih kuat terhadap perkembangan ISIS yang begitu cepat. Sehari sebelum video itu dirilis, DPR baru saja melakukan voting dan mengesahkan pasukan AS untuk melatih serta memasok senjata bagi kelompok pemberontak Suriah. Kelompok itu berseberangan dengan ISIS. 

Video propaganda yang dirilis ISIS, merupakan rekaman keempat, setelah tiga sebelumnya berisi eksekusi terhadap tiga sandera. Dua di antaranya jurnalis AS, yakni James Wright Foley dan Steven Sotloff. Sisanya adalah warga Inggris yang bekerja sebagai pekerja kemanusiaan di Suriah, David Haines. 

Dalam video Haines, ISIS mengancam akan mengeksekusi warga Inggris lainnya, Alan Henning.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya