- Reuters
VIVAnews - Kubu oposisi Partai Buruh Inggris memimpin perolehan dukungan dibanding kubu Konservatif yang berkuasa, dalam jajak pendapat jelang pemilihan umum (pemilu) Inggris, Mei 2015.
Meski demikian, hasil survei yang sama justru menunjukkan bahwa pemimpin kubu Konservatif Perdana Menteri (PM) David Cameron, masih lebih dipercaya untuk memperbaiki perekonomian Inggris daripada Partai Buruh.
Kantor berita Reuters, Senin, 22 September, menyebut demi memenangkan kepercayaan pemilih, Partai Buruh akan berusaha meyakinkan pemilih bahwa mereka bisa dipercaya untuk menangani perekonomian.
Pada pidato konferensi tahunan terakhir jelang pemilu, Senin, juru bicara Partai Buruh Ed Balls mengulangi kembali janji untuk menghasilkan surplus anggaran, serta menyelesaikan hutang nasional dengan penerapan fiskal yang ketat.
Di antaranya memotong gaji menteri dan penghematan belanja publik. Menanggapi janji Partai Buruh, kubu Konservatif menyebut tentang tidak akan memberikan lagi kunci pada sopir yang menabrakan kendaraan.
Meminjam slogan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama dalam pidato pemilihan presiden AS itu, Konservatif berusaha menggambarkan Buruh sebagai partai yang bertanggungjawab menambah jumlah utang publik.
Partai Buruh yang berkuasa saat krisis ekonomi global, pada 2008, dituding gagal mencegah Inggris jatuh dalam resesi terburuk sepanjang sejarah Inggris. Menteri Keuangan Inggris George Osborne mengatakan Konservatif memiliki rencana lebih agresif daripada Buruh.
Konservatif menyebut rencana Buruh memotong gaji menteri, hanya akan menyumbang 0,003 persen dari defisit. Priti Patel dari kementerian keuangan Inggris, menyebut pidato Ed Balls tidak memuat rencana ekonomi yang serius.
"Ed Balls masih menolak untuk mengakui bahwa Buruh telah menghabiskan terlalu banyak. Dia juga menolak setiap keputusan yang kami ambil untuk mengurangi defisit," kata Patel. (ms)