Sierra Leone Klaim Sukses Kendalikan Ebola

Suasana di jalanan utama di ibukota Freetown, Sierra Leone
Sumber :
  • REUTERS/Umaru Fofana
VIVAnews - Larangan untuk keluar rumah yang berlaku di Sierra Leone sejak hari Jumat pekan lalu, berakhir Minggu malam 21 September 2014. Otoritas setempat mengaku berhasil mendeteksi puluhan kasus baru ebola selama pelarangan diberlakukan.
Meski Dilarang AS dan Barat, Israel 'Keukeuh' Akan Tetap Kembali Serang Iran

Diberitakan BBC, edisi Senin 22 September 2014 selama pemberlakukan larangan itu, sebanyak enam juta penduduk Sierra Leone tetap berada di dalam rumah. Sementara, sekitar 30 ribu relawan medis berkunjung dari satu rumah ke rumah lainnya untuk mencari warga yang terjangkit ebola. Mereka juga mendistribusikan sabun kepada warga.
Polisi Sebut Wanita yang Ditemukan Tewas di Dermaga Pulau Pari Kerja Open BO

Menurut Wakil Kepala Petugas Medis Sarian Kamara, petugas berhasil menemukan 22 kasus baru ebola selama larangan tersebut diberlakukan. 
Dua Anak-anak Sempat Terjebak di Dalam Toko Bingkai yang Kebakaran
"Jika kasus baru itu tidak terungkap, mereka bisa menjadi medium penularan yang tinggi," ungkap Kamara. 

Dia menyebut sekitar 60 hingga 70 pasien ebola yang dinyatakan meninggal telah dikuburkan dalam dua hari. Jenazah mereka perlu dimakamkan secepatnya karena jasad pasien Ebola dapat menularkan penyakit itu. 

Sementara menurut Kepala Operasi Darurat Sierra Leone (EOC), Stephen Gaojia, yang dikutip stasiun berita Al Jazeera, mengatakan sejauh ini mereka berhasil menemukan 92 pasien baru ebola. Sementara sekitar 123 telah menghubungi otoritas berwenang selama larangan tersebut diberlakukan. Gaojia juga menyebut kemungkinan besar operasi serupa perlu diperpanjang. 

"Walau larangan sebelumnya berakhir dengan kesuksesan besar, operasi tersebut belum dilakukan di beberapa kota metrpolitan seperti ibu kota Freetown dan Kenema," ungkap Gaojia. 

Sementara, warga Freetown merayakan berakhirnya larangan ke luar rumah dengan bernyanyi dan menari. Beberapa petugas polisi terlihat menangkap beberapa warga yang berupaya keluar rumah di jam-jam akhir berlakunya larangan itu. 

Larangan keluar rumah selama tiga hari merupakan kebijakan paling agresif yang diambil oleh negara-negara di kawasan Afrika Barat. 

Kebijakan itu sempat menuai kritik dari organisasi kemanusiaan Dokter Lintas Batas (MSF). Mereka memperingatkan larangan tersebut justru malah memicu warga untuk menyembunyikan kasus baru ebola. Penyebaran penyakit ini merupakan yang paling parah sejak terjadi di tahun 1976 silam di hutan-hutan di Afrika Tengah. 

Badan Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi virus ebola telah menewaskan lebih dari 560 orang di Sierra Leone dan lebih dari 2.600 orang di kawasan Afrika Barat sejak Desember tahun lalu. (ita)

 Baca juga:

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya