Koalisi AS Lawan ISIS Diragukan

Rudal Tomahawk diluncurkan dari kapal perusak AS.
Sumber :
  • Reuters

VIVAnews - Aksi melawan Negara Islam Irak-Suriah (ISIS). Sejumlah negara Arab terlibat, sejumlah negara lain juga mengantre untuk menawarkan bantuan, termasuk Yunani yang tengah dirundung krisis keuangan.

Gelar Operasi Antiteror, Polisi Kanada Lumpuhkan Tersangka

Dua pekan setelah mengumumkan rencana mengumpulkan koalisi lebih besar melawan ISIS, Presiden Amerika Serikat Barack Obama tampaknya mendulang dukungan positif.

Mantan duta besar AS Edward Djerejian mengatakan kepentingan yang sama negara-negara itu memberi ruang bagi Obama untuk melakukannya. Demikian dikutip Reuters, Rabu, 24 September 2014.

ISIS Klaim Rampas Senjata Milik Tentara AS

"Kita hanya tidak tahu akan sekuat apa koalisi ini dalam hal kebersamaan. Itu pertanyaan besar," kata Djerejian yang terlibat dalam koalisi AS saat perang Kuwait tahun 1991.

Pejabat AS berusaha meyakinkan dunia bahwa sekalipun bom dan rudal hanya dijatuhkan oleh pesawat-pesawat AS, partisipasi sekutu Arab mereka signifikan dalam masalah geopolitik.

Militer Mesir Klaim Tewaskan Pentolan ISIS di Sinai

Sekalipun telah menyebut lima negara Arab terlibat dalam serangan pertama koalisi di Suriah, Selasa, 23 September lalu, tapi pejabat AS belum memaparkan secara detail peran negara-negara itu.

Pada pertemuan antara Raja Arab Saudi Abdullah dengan Menteri Luar Negeri AS John Kerry, 11 September, Jeddah bersedia melakukan apapun yang diperlukan, termasuk serangan udara.

Beberapa hari kemudian, Kerry menekan Uni Emirat Arab (UAE) untuk mengikuti langkah Arab Saudi, dalam pertemuan dengan Menteri Luar Negeri UAE Abdullah bin Zayed di Paris.

Kerry juga melobi Raja Yordania Abdullah saat makan malam di Amman, awal September. Janji juga berhasil didapat Kerry dari Bahrain dan Qatar.

Jon Alterman, wakil presiden lembaga think tank CSIS, mengatakan kemampuan militer negara-negara Arab sangat terbatas dibandingkan dengan AS.

"Secara simbolis, mereka memberikan (pada AS) sampulnya," kata Alteman. Fakta terbaru, yang kontras dengan semangat AS, Inggris, dan Prancis berubah sikap menjadi lebih hati-hati dalam menyikapi ISIS.

Prancis mengatakan tidak akan terlibat dalam serangan di Suriah. Inggris hanya menjalankan misi intelijen dan pasokan senjata bagi pasukan Kurdi pershmerga di Irak.

Salah satu anggota NATO, Turki, berbagi garis perbatasan panjang dengan Suriah, membuat mereka sebenarnya memiliki banyak pilihan untuk bertindak melawan ISIS.

Namun, Turki bahkan tak mengizinkan wilayahnya menjadi basis bagi pesawat-pesawat AS, untuk melakukan serangan udara ke Suriah. (ita)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya