ABG Ini Pimpin Demonstrasi "Pilkada" Hong Kong

Joshua Wong
Sumber :
  • REUTERS/Bobby Yip

VIVAnews - Usianya baru 17 tahun. Di usia masih ABG itu, Joshua Wong tampil memimpin aksi demonstrasi besar yang mengguncang Hong Kong.

Badai Nida Hantam Hong Kong dengan Kecepatan 100 Km/Jam

Joshua ada di balik gerakan aksi protes menuntut demokrasi penuh dalam pelaksanaan pemilihan Kepala Eksekutif di Hong Kong. Bagi para pemrotes, Joshua Wong yang baru berusia 17 tahun adalah aktivis politik paling energik, bersemangat dalam setiap orasinya.

Namun, bagi media massa China, Joshua yang bahkan belum cukup umur untuk mengemudi itu dianggap seorang ekstrimis.

Kota-kota Tujuan Wisata Terpopuler 2015, RI Urutan Berapa ?

Polisi menangkap Joshua, Jumat, 26 September lalu, dengan tuduhan menyusup kompleks pemerintah Hong Kong, saat dia memimpin ribuan pelajar Hong Kong untuk memulai hari pertama protes mereka.

Pengejaran dilakukan polisi dengan mencarinya di kamar asrama serta menyita sejumlah barang, termasuk telepon selular dan komputer pribadi. Tapi pengadilan kemudian memerintahkan polisi untuk membebaskan Joshua, Minggu, 28 September.

Ini Kota Termahal di Asia

Pemuda bertubuh kurus itu lahir di Hong Kong, pada 13 Oktober 1996, dan didiagnosa menderita disleksia, yaitu kelainan neurobiologis yang membuat penderitanya kesulitan mengenali kata dengan tepat.

Penderita disleksia akan mengalami kesulitan membaca karena kendala dalam mengeja dan menulis. Walau begitu penyandang disleksia disebut memiliki tingkat kecerdasan yang normal, bahkan di atas rata-rata.

Albert Einstein, Lee Kuan Yeuw, Winston Churchill, dan Walt Disney adalah beberapa contoh tokoh dunia yang diketahui menderita disleksia.

Kendali disleksia membuat penderitanya kesulitan mengolah kata-kata, para pemrotes Hong Kong mengenal Joshua sebagai seorang aktivis muda yang energik, penuh semangat dalam orasinya.

Pada Mei 2011, di usia 15 tahun, Joshua Wong mendirikan kelompok pelajar pro-demokrasi Hong Kong, Scholarism. Dia memimpin tidak kurang dari 120.000 orang dalam aksi protes yang berhasil membatalkan kurikulum baru sekolah pro-Komunis di Hong Kong.

Mantan aktivis Tiananmen, Hu Jia, mengatakan munculnya para aktivis muda di Hong Kong bukan masalah sederhana bagi Beijing, karena dapat membawa kenangan ke masa 25 tahun lalu di Tiananmen.

Saat itu, pada 1989, ribuan pemuda bersuara menuntut demokrasi yang ditanggapi pemerintah komunis China dengan kekuatan militer. Peristiwa memilukan yang masih terus diingat dunia hingga kini.

Hu menyebut lima tahun lalu, tampak mustahil jika warga Hong Kong akan peduli pada persoalan politik. Hingga Joshua berhasil meyakinkan beberapa kawannya untuk membuat sebuah gerakan untuk menentang penerapan kurikulum baru pro-Komunis.

Dimulai dari belasan aksi mogok makan, solidaritas kalangan pelajar terbentuk dan tidak kurang dari 120.000 orang ikut dalam aksi unjuk rasa besar yang memaksa pejabat Hong Kong membatalkan kebijakan barunya.

"Itu sebuah penyadaran. Kemudian kita semua mulai peduli tentang politik," kata Hu.

Pada Juni lalu, Scholarism menyusun sebuah rencana untuk mereformasi sistem pemilihan di Hong Kong, yang mendapat dukungan sepertiga pemilih dalam referendum tidak resmi di Hong Kong.

Pada Juli, Joshua dan kelompoknya menggelar aksi duduk, yang membuat Wakil Presiden China Li Yuanchao mengeluarkan peringatan. Akibatnya 511 orang ditangkap dan ditahan.

Pekan lalu, Joshua kembali memobilisasi pelajar untuk meninggalkan kelas-kelas, turun ke jalan mengirimkan pesan pro-demokrasi pada Beijing.

Aksi protes para pelajar, terutama dengan reaksi berlebihan dari polisi untuk membubarkan pelajar, memicu dukungan luas dari publik Hong Kong serta aktivis di seluruh dunia.

Bahkan para pengurus sekolah dan kampus telah menjanjikan kelonggaran bagi pelajar yang tidak hadir pada jam pelajaran. Sementara serikat terbesar guru di Hong Kong mendistribusikan sebuah petisi yang menyatakan," Jangan biarkan pelajar berjuang sendiri."

Ancaman

Beijing bereaksi melalui media-media China yang dikontrol pemerintah, menyebut para pelajar sebagai ekstrimis. Pada dokumen Keamanan Nasional China, Joshua Wong diidentifikasi sebagai ancaman bagi stabilitas Partai Komunis.

Joshua mengutip sebuah kalimat dari film "V for Vendetta," menyebut bahwa rakyat tidak semestinya takut pada pemerintah. "Pemerintah yang harus takut pada rakyatnya," ujar Joshua, menegaskan bahwa pemrotes tidak akan mundur.

Di bandingkan aktivis di Hong Kong, para aktivis di China daratan menghadapi situasi yang jauh lebih sulit. Tapi keinginan untuk demokrasi di China, tidak kalah besar daripada yang tampak di Hong Kong saat ini.

"Ketakutan telah mengakar sangat dalam selama 65 tahun terakhir," kata Hu Jia. Sehingga Hong Kong yang relatif memiliki kebebasan, menurutnya adalah tempat yang sempurna bagi aktivis untuk memulai gerakan demokrasi yang bisa menyebar ke seluruh daratan China.

"Anda dapat mendirikan partai politik di Hong Kong. Bisa menerbitkan buku-buku yang di larang di daratan China. Media dapat mengkritik pemerintah pusat dan kepala eksekutif di Hong Kong," tukas Hu.

Dia mengibaratkan China daratan sebagai wilayah dengan keinginan terpendam, yang terus ditekan oleh otoritas, sementara Hong Kong adalah benih api. "Partai Komunis sangat takut dengan tanah kecil ini (Hong Kong). Sangat mungkin jika pemilihan langsung akan mengakhiri apa yang terjadi di daratan," ujar Hu.

Joshua mengakui itu sebagai sebuah mimpi. "Saya tidak dapat mengatakan keinginan kami para pelajar untuk demokrasi di Hong Kong saat ini, akan secara langsung memicu pemilihan langsung di seluruh China," kata Joshua.

"Tapi setidaknya, pemilihan langsung di Hong Kong bisa menjadi contoh bagi orang-orang di Guangzhou, Shanghai, Beijing, bahkan di seluruh China. Itu akan memberitahu mereka bahwa China di bawah kekuasaan Partai Komunis masih bisa memiliki sistem yang baik," tambah Joshua.

Bagi Beijing, ancaman gerakan demokratisasi di Guangzhou dan Shanghai adalah sesuatu yang nyata. Jika terjadi, maka ketakutan para petinggi Partai Komunis China pada kisah keruntuhan Uni Soviet tidak akan butuh waktu lama untuk bergeser jadi realitas.

"Mungkin suatu hari pemerintah China akan kembali mengirim pasukan ke jalan-jalan, bahkan termasuk tank-tank," kata hu. Tapi untuk saat ini kemungkinan itu sangat kecil. Sangat mungkin pemerintah hanya akanĀ  mengejar individu seperti Joshua Wong.

"Joshua bisa ditangkap, dipenjara. Saya harap dia memahami bahwa ini akan menjadi sebuah peperangan. Ini bukan pertarungan atau pertempuran kecil. Ini adanya perang yang nyata dalam kerangka waktu, kompleksitas dan pengorbanan yang mungkin harus dilakukan," kata Hu.

Radio Free Asia (RFA), Juli, memberitakan bahwa seorang aktivis dari Guangdong yang hadir dalam unjuk rasa pro-demokrasi di Hong Kong, pada 1 Juli, dilaporkan hilang setelah kembali ke China daratan.

Hilangnya Jia Pin itu menjadi gambaran nyatanya peringatan Hu Jia, akan nasib aktivis muda yang ingin membangkang dari otoritas China. (ita)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya