10-10-1911: Revolusi Gulingkan Kekaisaran Tiongkok

Foto Sun Yat-sen di Lapangan Tiananmen, Beijing
Sumber :
  • Jason Lee/Reuters
VIVAnews - Pada 103 tahun yang lalu, para pejuang nasionalis di Tiongkok mendeklarasikan berdirinya negara republik. Dengan demikian, setelah 2.000 tahun diperintah para raja, Tiongkok bukan lagi berbentuk kekaisaran melainkan menjadi negara Republik China.

Menurut sejarawan Edward J. M. Rhoads dalam bukunya, "Manchus & Han: Ethnic Relations and Political Power in Late Qing and Early Republican China, 1861-1928," peristiwa itu dikenal dengan Revolusi Xinhai (Hsinhai), yang juga populer disebut Revolusi 1911 atau Revolusi China.

Para tokoh nasionalis, seperti Dr Sun Yat-sen, saat itu berhasil menggalang pemberontakan untuk menjungkalkan kekaisaran dinasti Qing, yang telah berkuasa sejak 1644. Hasilnya, "Kaisar Terakhir" China, Pu Yi, resmi turun dari kekuasaan pada 12 Februari 1912.

Revolusi itu merupakan reaksi atas ketidakmampuan dinasti Qing untuk mengangkat kembali kejayaan China. Bahkan, Kekaisaran China dalam tahun-tahun terakhir malah tunduk kepada kekuatan-kekuatan asing - baik dari Barat maupun dari Jepang. Rakyat pun dibiarkan melarat sehingga membuat Sun Yat-sen dan para pejuang lain melancarkan perlawanan untuk mengakhiri kekuasaan raja di China.

Revolusi ditandai dengan kudeta militer di Wuhan, China bagian tengah, yang dilancarkan kelompok bawah tanah anti dinasti Qing dengan dukungan kaum revolusioner di pengasingan.

Konflik senjata yang saat itu berlangsung berhasil diakhiri melalui kompromi politik antara Yuan Shikai, panglima militer dinasti Qing, dengan Sun Yat-sen, yang merupakan pemimpin Aliansi Kaum Revolusioner China (Tongmenghui).

Kompromi itu juga menghasilkan pengalihan kekuasaan dari dinasti Qing ke republik yang baru. Pemerintahan republik dijalankan oleh Yuan, yaitu bentukan dari partai-partai politik dan hasil pemilu parlemen pertama pada 1913. Sun Yat-sen sendiri sempat menjadi Presiden sementara Republik China, dari 29 Desember 1911 hingga 10 Maret 1912.  

Setelah kekaisaran berhasil dijungkalkan, situasi di China bukannya langsung membaik. Negara itu tak lama kemudian dilanda perang saudara selama bertahun-tahun, yang berujung pada pertikaian dua kubu - yaitu kekuatan nasionalis pimpinan Jenderal Chiang Kai-sek dan kubu Komunis pimpinan Mao Zedong.

Pada 1949, kubu Nasionalis akhirnya tersingkir dari China Daratan. Mereka lalu pindah ke Pulau Taiwan dengan tetap memakai nama negara Republik China. Kubu komunis pada 1 Oktober 1949 mendirikan negara baru bernama Republik Rakyat China.

Namun, pemerintah dan rakyat RRC - termasuk di Hong Kong dan Makau - tetap merayakan perjuangan 10 Oktober 1911 itu sebagai Peringatan Revolusi Xinhai. Sedangkan Republik China di Taiwan menjadikan tanggal 10 Oktober sebagai hari jadi negara mereka. (one)
Dugaan Kasus Korupsi Timah, Pakar Dorong Kejagung Kejar Pengembalian Kerugian Negara
Aurel Hermansyah

Anak Aghnia Punjabi Alami Penganiayaan, Aurel Hermansyah Ikut Lapor Polisi

Mengetahui kabar kekerasan itu, Aurel Hermansyah lantang bersuara meminta keadilan untuk anak Aghnia Punjabi. Istri Atta Halilintar itu ikut meminta bantuan pada polisi.

img_title
VIVA.co.id
30 Maret 2024