Dubes Nayar: Bahasa Bukan Faktor Penghalang Belajar di Singapura

Duta Besar Anil Kumar Nayar didampingi penerima beasiswa ASEAN
Sumber :
  • Kedutaan Besar Singapura di Jakarta
VIVAnews - Duta Besar Singapura untuk Indonesia, Anil Kumar Nayar mengatakan faktor bahasa bukanlah penghalang bagi pelajar Indonesia untuk menuntut ilmu di Negeri Singa. Sebab, mereka bisa mengasahnya ketika menjejakkan kaki di Singapura dengan berbagai cara. 
Mendukung Perkembangan Voli Indonesia melalui Kiprah Megawati dan Fun Volleyball 2024

Hal itu dilontarkan Anil ketika ditemui VIVAnews secara khusus di Temasek Hall, Gedung Kedutaan Besar Singapura, Kuningan, Jakarta Selatan pada Kamis, 23 Oktober 2014. Pernyataan itu dilontarkan Anil ketika menjawab pertanyaan VIVAnews mengenai turunnya jumlah penerima beasiswa ASEAN di tahun ini. 
Polisi Periksa 13 Saksi Kasus Tewasnya Anggota Polresta Manado di Mampang Jakarta Selatan

Tahun lalu, jumlah penerima beasiswa mencapai 11 orang, sementara tahun ini menciut jadi 5 orang. Namun, Anil membantah hal itu lantaran kuota yang ditetapkan oleh Pemerintah Negeri Singa tahun ini dikurangi. 
Jokowi Beri Tugas Baru ke Luhut Urus Sumber Daya Air Nasional

"Tidak ada kuota sama sekali untuk beasiswa ini. Ada standar khusus yang telah ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan kami untuk bisa terpilih. Namun, saya yakin jumlah pelamarnya tidak berkurang, karena mereka yang mengikuti tes di kota Surabaya saja mencapai 70 orang, belum lagi dari daerah lain," kata dia. 

Anil menambahkan, dengan adanya standar yang cukup tinggi itu, demi memastikan bahwa para pelajar yang berangkat merupakan siswa yang brilian dan tidak mengalami kesulitan saat belajar. 

"Yang penting bagi kami bukan nominal pelajarnya, namun kualitas dari para pelajar tersebut," imbuh dia.

Anil menyebut peranan mereka selama di Singapura tidak hanya sebagai penerima beasiswa semata, namun juga akan menjadi perwakilan Indonesia atau Duta Besar. 

"Ke mana pun mereka pergi, identitas itu akan melekat. Terkait penerima beasiswa, tahun ini bisa saja hanya lima siswa, namun tahun depan bisa lebih banyak dari itu," tutur dia.

Kendati begitu, Anil menyadari, saat ini tidak hanya Singapura saja yang menawarkan beasiswa penuh untuk pelajar Indonesia. Ada institusi di negara lain yang juga menawarkan hal serupa, sehingga mereka memiliki lebih banyak pilihan. 

"Selain itu, jarak antara Jakarta ke Singapura kan sangat dekat, sehingga mungkin banyak calon pelamar yang ingin bepergian dan menuntut ilmu di negara yang lokasinya lebih jauh. Apa yang bisa kami tawarkan oleh Singapura yaitu pendidikan yang kami miliki berkualitas dan berstandar tinggi," papar dia. 

Hal itu pula yang dirasakan oleh dua penerima beasiswa ASEAN tahun ini, yaitu Adelia Jostanto dan Cindy Evangeline. Mereka menyadari untuk bisa bersekolah di Singapura tidak mudah dan murah. Maka beasiswa menjadi salah satu cara. 

"Ini kan bisa digunakan untuk memperbaiki masa depan. Jadi saya ikut  dan mendaftar," ujar Cindy yang baru kali pertama akan berangkat ke Singapura. 

Sementara, Adelia tidak segan menutupi keinginannya untuk terus melanjutkan pendidikan di Singapura. 

"Saya merasa bangga dan terberkati karena bisa terpilih dari lima orang penerima beasiswa ini. Kalau dapat beasiswa lagi, saya tidak akan segan untuk melanjutkan pendidikan hingga jenjang universitas di Singapura," kata pelajar asal Surabaya itu. 

Selain Adelia dan Cindy, penerima beasiswa ASEAN lainnya yakni Aileen Laksmono Lie, Brigitta Dica Budjiono dan Oliver Delano. Kelima pelajar itu akan berangkat tanggal 30 Oktober 2014 ke Singapura dan mulai belajar pada Januari 2015. 

Beasiswa ASEAN ini bagi pelajar SMP kelas 3 yang ingin melanjutkan ke jenjang SMA. Semua biaya pendidikan dan biaya hidup ditanggung oleh Kementerian Pendidikan Singapura. (ita)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya