AS: ISIS Hasilkan Rp12 miliar Setiap Hari

ISIS rilis video latihan
Sumber :
  • Youtube
VIVAnews - Islamic State of Iraq and al-Sham (ISIS) menjadi kelompok yang tidak saja dikenal brutal namun juga paling kaya di dunia ini. Betap tidak, mereka diduga bisa meraih penghasilan senilai US$1 juta atau Rp12 miliar setiap harinya. 
Unik, Pendaftaran Bakal Calon Bupati di Manggarai Serahkan Ayam Jago dan Tuak ke Panitia

Stasiun berita Channel News Asia, Jumat, 24 Oktober 2014 melansir data itu dipaparkan oleh Asisten Sekretaris untuk Bidang Terorisme dan Intelijen Finansial, David Cohen. Cohen ikut tergabung dalam tim yang dibentuk Presiden Barack Obama dalam memimpin peperangan melawan ISIS. 
Siap-Siap Baper, Nicholas Saputra Terjebak Cinta Segitiga dengan Aktris Filipina dan Aktor Korea

Data dari Departemen Keuangan Amerika Serikat menyebut penghasilan itu diperoleh dari penjualan minyak di pasar gelap. Belum lagi, dana yang diperoleh dari pembayaran uang tebusan hasil penculikan. Untuk tahun ini saja dari menculik sandera, ISIS telah mengantongi US$20 juta atau Rp241 miliar. 
Tabrak dan Hendak Rampas Mobil, 6 Debt Collector Sadis Ditangkap Polres Labusel

"Dengan pengecualian penting dari beberapa negara yang mendanai organisasi teroris, ISIS kemungkinan menjadi kelompok teroris yang paling kaya yang pernah kami lawan," kata Cohen dan dikutip laman Dailymail

Mereka, lanjut Cohen mengumpulkan kekayaan begitu cepat di luar dugaan berbagai pihak. 

Dia menjelaskan sumber minyak diperoleh ISIS dari area di Suriah dan Irak yang berhasil mereka kuasai. Dari sana, minyal lalu dijual ke para penyelundup. Minyak merupakan sumber penghasilan terbesar bagi kelompok pimpinan Abu Bhakar al-Baghdadi itu. 

"Sulit untuk memprediksi penghasilan mereka secara tepat. Namun, kami memperkirakan sejak awal hingga pertengahan Juni ini, ISIS berhasil memperoleh dana sekitar US$1 juta atau  Rp12 miliar per harinya dari penjualan minyak saja," imbuh Cohen. 

Sementara, pihak lain memperkirakan kekayaan mereka mencapai US$3 juta atau Rp36 miliar. 

Menurut data Depkeu, ISIS menjual minyaknya dengan harga yang lebih murah ke berbagai pihak ketiga, termasuk beberapa yang berasal dari Turki. Lalu, pihak ketiga ini mendistribusikan untuk dijual kembali. 

"Kemungkinan minyak dari beberapa area di mana ISIS beroperasi turut dijual ke Kurdi di Irak lalu dijual kembali ke Turki," papar dia. 

AS juga menuding, Pemerintah Suriah ikut membeli minyak murah yang dijual ISIS ini. Namun, dengan adanya serangan udara ke kilang-kilang minyak yang dimiliki ISIS bisa mengancam jaringan pasokan kelompok militan itu. Sementara, beberapa pihak seperti Turki dan pemerintah regional Kurdi, berupaya untuk mencegah minyak ISIS agar tidak melewati perbatasan mereka. 

Selain melalui minyak, ISIS juga memperoleh pundi-pundi kekayaan dengan merampok bank. 

"Mereka juga merampok dan menjual benda-benda antik yang usianya telah mencapai ribuan tahun. Mereka mencuri hewan hidup dan panen dari para petani," kata Cohen. 

Yang lebih menjijikan, ISIS juga menjual gadis dan wanita untuk dijadikan sebagai budak seks. 

Seakan belum cukup, kelompok teroris itu bahkan mengetuk dari pintu ke pintu dan toko-toko untuk meminta uang secara paksa dengan menodongkan senjata ke warga biasa.

"Menurut keterangan yang kami peroleh, jika ada pemilik toko kebutuhan sehari-hari menolak untuk membayar, maka mereka akan diancam tokonya akan dibom. Yang lainnya, jika tidak membayar, maka kerabat mereka diancam akan diculik," kata Cohen memaparkan ancaman ISIS. 

ISIS juga meminta 10 persen dana milik warga yang ditarik dari bank lokal. 

AS, kata Cohen, menyadari dengan pergerakan ISIS di luar ekonomi formal, maka sulit untuk melacak perpindahan uang milik kelompok militan itu. Namun, mereka memiliki cara tersendiri, agar uang milik ISIS tidak bisa berputar.

Mereka, kata Cohen pasti memiliki sebuah akun bank. Bisnis mereka pasti didanai. Truk mereka pasti diasuransikan. Fasilitas yang mereka miliki pasti memiliki lisensi. 

"Maka kami akan menghentikan agar mereka tidak bisa mengakses sistem keuangan AS dan membekukan semua aset milik kelompok itu. Kami juga bisa membuat mereka kesulitan menemukan sebuah bank di mana pun yang bersedia menampung atau memproses transaksi keuangan mereka," ujar Cohen. 
  
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya