RI Kecam Penutupan Masjid Al-Aqsa Yerusalem

Warga Palestina dari kota Gaza berdoa di depan Masjid Kubah Shakhrah
Sumber :
  • REUTERS/Ammar Awad
VIVAnews - Pemerintah Indonesia mengecam kebijakan Israel yang sempat menutup komplek Masjid Al-Aqsa pada Rabu, 29 Oktober 2014. Melalui Kementerian Luar Negeri, RI menilai penutupan Masjid Al-Aqsa merupakan pelanggaran terhadap hak asasi mendasar, khususnya kebebasan beragama bagi umat Islam di Yerusalem. 
Soal Anggapan Raja Penalti Liga 1, Begini Pembelaan Arema FC

Demikian isi siaran pers Kemenlu yang diterima VIVAnews pada Jumat, 31 Oktober 2014. 
Terkuak, Ada Perjanjian Pisah Harta Harvey Moeis dan Sandra Dewi

"Israel sebagai kekuatan pendudukan harus segera membuka akses dan menjamin keselamatan bagi umat Islam untuk beribadah di Masjid Al-Aqsa," tulis Kemenlu. 
Praz Teguh Nilai Wanita dari Mata Kaki, Reaksi Netizen Pro Kontra

Pemerintah RI juga prihatin terhadap meningkatnya ketegangan dan kekerasan di Yerusalem dan meminta kedua pihak untuk menahan diri. 

"Khususnya bagi aparat keamanan Israel agar segera menghentikan tindakan kekerasan terhadap masyarakat sipil Palestina," kata Kemenlu. 

Dibuka Kembali

Penutupan komplek Masjid Al-Aqsa, setelah terjadi insiden penembakan terhadap aktivis Yahudi sayap kanan, Yehuda Glick pada Rabu lalu. Glick selama ini getol mengadvokasi, agar kaum Yahudi diberi akses yang lebih besar untuk menuju ke Kuil Mount dan Kubah Shakhrah. 

Warga Yahudi kelahiran Amerika Serikat itu ditembak tiga kali oleh pria misterius yang kabur menggunakan sepeda motor. 

Pada Kamis kemarin, polisi Israel menembak mati Mutaz Hijazi di bagian Yerusalem Timur. Menurut pasukan anti teror Israel, Hijazi merupakan pria misterius yang menembak mati Glick. Sebelumnya, Hijazi pernah mendekam di dalam penjara Israel selama 11 tahun. Dia dibebaskan pada 2012 silam. 

Menteri Keamanan Publik lalu mengeluarkan larangan kepada Umat Muslim dan Yahudi untuk beribadah di Al-Aqsa. 

"Tempat ini ditutup hingga pemberitahuan lebih lanjut," tulis Menteri itu dan dikutip laman Russia Today.  

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu lalu memerintahkan pengamanan ketat dan patroli di Yerusalem. 

Penutupan itu dikecam keras oleh Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, yang menyebut penutupan itu sebagai pengumuman perang. 

"Penutupan itu merupakan tantangan berbahaya dan berani, yang akan memicu lebih banyak ketegangan dan ketidakstabilan di situasi yang sudah buruk," ujar otoritas Palestina.

Setelah didesak, komplek masjid itu akhirnya dibukan kembali hari Kamis waktu setempat. Laman Al-Arabiya melansir, pernyataan Israel yang menyebut penutupan itu, dilakukan sementara dan bertujuan untuk mendinginkan ketegangan yang muncul usai insiden penembakan. (asp)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya