Bertemu Obama, Jokowi Minta Akses Pasar Kelapa Sawit

Presiden Jokowi di KTT APEC 2014
Sumber :
  • REUTERS/Kevin Lamarque
VIVAnews - Presiden Joko Widodo menjadi orang pertama yang ditemui Presiden Amerika Serikat Barack Obama ketika menjejakkan kaki di Beijing, China untuk menghadiri puncak KTT APEC pada Senin, 10 November 2014. Kesempatan itu, tidak disia-siakan oleh Presiden Joko Widodo. 
Ketua DPRD Minta Pemprov DKI Perbaiki Kualitas APBD, Singgung Permukiman Kumuh

Dalam siaran pers yang diterima VIVAnews dari Kementerian Luar Negeri pada Selasa, 11 November 2014 pria yang akrab disapa Jokowi itu meminta akses pasar yang lebih luas bagi produk-produk Indonesia. Salah satunya, produk kelapa sawit (CPO). 
Kapan Bumi Kiamat?

Hal itu, lantaran kelapa sawit merupakan produk yang menyangkut kesejahteraan rakyat pedesaan Indonesia. Menurut pejabat tinggi di Kementerian Perdagangan menyebut, industri kelapa sawit sangat strategis di Indonesia. Hampir 20 juta tenaga kerja, baik langsung dan tidak langsung diserap oleh sektor ini.
Kondisi Gaza Jauh Lebih Hancur Dibanding Kota di Jerman Pada Perang Dunia II

CPO menyumbang kontribusi pendapatan devisa sebesar US$19,1 miliar pada 2013, sehingga memegang peranan penting dalam pengentasan kemiskinan. Namun, sayangnya begitu banyak kampanye hitam yang menyebut produk kelapa sawit Indonesia tidak ramah lingkungan. 

Hal itu telah dibantah oleh mantan pada bulan September lalu. 

Sementara, Obama berharap tetap ada kelanjutan komitmen investasi swasta Negeri Paman Sam di Indonesia terutama di sektor pertambangan dan mineral. AS juga memberikan perhatian khusus terhadap masalah lingkungan dan mengharapkan peran aktif Indonesia.

"AS mencontohkan bantuan nyata di bidang lingkungan yakni adanya dana yang dikucurkan melalui organisasi Millenium Challenge Account Corporation (MCC) untuk pengembangan energi terbarukan," tulis Kemenlu. 

AS merupakan mitra dagang terbesar keempat bagi Indonesia setelah China, Jepang, dan Singapura. Berdasarkan data dari Kemenlu tahun 2013, total perdagangan kedua negara secara umum menunjukkan peningkatan mencapai US$24,76 miliar dengan surplus di pihak Indonesia.  

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya