Terus Ditekan Pemimpin Barat, Putin Tinggalkan G20 Lebih Awal

Presiden Rusia, Vladimir Putin, meninggalkan Brisbane
Sumber :
  • REUTERS/G20 Australia/Handout via Reuters
VIVAnews - Presiden Rusia, Vladimir Putin pada Minggu, 16 November 2014 memilih meninggalkan KTT G20 lebih awal. Dia beralasan, butuh istirahat karena pada hari ini harus kembali bekerja. 
Terpopuler: Harga Toyota Fortuner Hybrid, Land Cruiser Tangguh Versi Murah

Laman Sky News Australia, Minggu kemarin melansir, mantan Kepala Badan Intelijen, KGB, itu menjadi pemimpin negara pertama yang meninggalkan Brisbane. Pesawat jet kepresidenannya lepas landas dari Bandara Brisbane Internasional pada pukul 15.15 waktu setempat. 
Timur Tengah Memanas, Australia Peringatkan Warganya Segera Tinggalkan Israel

"Butuh waktu sembilan jam dari Brisbane untuk menuju ke kota Vladivostok dan sembilan jam lagi menuju ke Moskow. Sementara pada Senin pagi, saya sudah harus kembali bekerja. Maka, saya butuh sekitar empat hingga lima jam tidur," ungkap Putin ketika menggelar jumpa pers di Hotel Hilton kemarin. 
Program Beasiswa Kuliah S1 di Jepang, Bebas Biaya dan Dapat Uang Saku Rp12 Juta Perbulan

Kendati pulang lebih awal, Putin telah melalui serangkaian pertemuan di KTT tersebut. Harian Inggris, The Guardian melansir pada Sabtu kemarin dia telah mengikuti pertemuan tertutup yang berlangsung delapan jam. Belum lagi pertemuan terpisah dengan para pemimpin negara barat yang dilakukan secara maraton, termasuk proses negosiasi dengan Kanselir Jerman, Angela Merkel. Pertemuan itu baru selesai pada Minggu dini hari pukul 02.00. 

Sebelum bertemu dengan Putin, Merkel melakukan pertemuan pada Sabtu kemarin dengan para pemimpin negara Uni Eropa dan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama. Inti dari pertemuan tersebut yakni membahas langkah selanjutnya di Ukraina dan perdagangan dunia. 

Sejak menjejakkan kaki di Brisbane, penerimaan tuan rumah dan para pemimpin negara G20 lainnya kurang begitu ramah. Sebagai contoh, ketika digelar pertemuan antara tiga pemimpin yakni Presiden Obama, Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe dan Perdana Menteri Australia, Tony Abbott. Putin menjadi topik perbincangan dalam pertemuan itu. 

Ketiganya mengeluarkan pernyataan yang mengecam aksi Rusia di Ukraina. Sebab, mereka menganggap pasukan pemberontak sengaja berperang dengan pasukan pemerintah di bagian timur Ukraina. 

Bahkan, para pemimpin negara barat tengah meninjau kembali untuk menjatuhkan sanksi lainnya bagi Rusia pada pekan ini. 

Pada pekan lalu, Abbott mengatakan Rusia akan jauh lebih menarik, jika bertindak sebagai negara berkuasa yang bebas dan menciptakan perdamaian. Bukannya mencoba untuk menghidupkan kembali kejayaan Uni Soviet. 

Sementara dalam keterangan persnya, Perdana Menteri Inggris, David Cameron, meminta agar Rusia tidak mencampuri Ukraina. Cameron pun ikut mengancam akan menjatuhkan sanksi bagi Rusia jika tetap membuat situasi di sana tidak stabil. 

"Tentu, akan ada risiko dengan menjatuhkan sanksi. Namun risikonya akan jauh lebih besar, jika konflik di sana tetap dipertahankan. Presiden Putin kini berada di tengah-tengah untuk menentukan hal itu," ujar Cameron. 

Bahkan Obama menyebut, jika Rusia tidak juga bertindak maka Negeri Beruang Merah itu tetap akan terisolasi. 

"Bukan keinginan kami untuk melihat Rusia terisolasi seperti ini. Kami lebih memilih Rusia terintegrasi penuh ke dunia yang berkembang atas nama rakyatnya," ujar Obama. 

Matikan otak

Sementara ketika diwawancarai stasiun televisi Jerman, Putin mengaku tidak habis pikir dengan aksi negara barat yang terus menjatuhkan sanksi bagi Rusia. Putin menyebut aksi tersebut, juga akan berdampak terhada perekonomian AS dan negara barat lainnya. 

"Apa mereka ingin membuat bangkrut bank-bank kami? Jika memang itu yang mereka inginkan maka mereka juga akan membuat bangkrut Ukraina. Apa mereka tidak memikirkan semua ini atau politik telah membutakan mata mereka? Seperti yang kita ketahui mata terhubung dengan bagian tertentu di otak," tanya Putin. 

Sebab, lanjut dia, itu sama saja seperti para pemimpin negara tersebut telah mematikan otak mereka.

Perekonomian Ukraina saat ini sedang terancam bangkrut. Hingga tahun 2016 mendatang, Ukraina memiliki tunggakan hutan yang jatuh tempo senilai US$14 miliar. Belum lagi tunggakan pembayaran gas ke Rusia yang mencapai US$700 juta per bulannya. 

Cadangan devisa mereka kini mungkin telah menyusut ke angka US$12 miliar. 
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya