Intelijen Wanita 93 Tahun Akhirnya Terima Penghargaan

Phyllis Latour Doyle
Sumber :
VIVAnews
Megawati Panaskan Mesin Politik PDIP, Pimpin Konsolidasi untuk Pilkada 2024
- Mantan intelijen wanita Inggris berusia 93 tahun, akhirnya diakui atas jasanya membebaskan Prancis dari pendudukan Nazi dalam Perang Dunia ke-II, setelah puluhan tahun merahasiakan aksinya.

SPKLU Sudah Banyak, Naik Wuling BinguoEV Bisa dari Jakarta ke Mandalika

Dilansir
Ini Momen Eko dan Akri Jenguk Parto Patrio di Rumah Sakit
Daily Mail , Minggu, 23 November, pemerintah Prancis akhirnya berhasil meyakinkan Phyllis Latour Doyle, untuk menerima Legion of Honour, penghargaan tertinggi di Prancis, pada Selasa, 25 November.

Penyerahan penghargaan akan diwakili oleh Duta Besar Prancis untuk Selandia Baru, bersamaan dengan peringatan 70 tahun invasi Normandia. Ketika itu, 6 Juni 1944, pasukan sekutu dalam jumlah besar berhasil mendarat di pantai Normandia.


Hingga kini invasi Normandia merupakan invasi laut terbesar dalam sejarah, dan dianggap paling menentukan dalam upaya mengalahkan pasukan Nazi. Tiga juta tentara sekutu menyeberangi Selat Inggris.


Serangan dilakukan melalui udara dengan pasukan terjun payung, serta dari laut dengan pendaratan amfibi. Pertempuran Normandia berlangsung selama lebih dari dua bulan, berakhir dengan dibebaskannya Paris, akhir Agustus 1944.


Selama 70 tahun Doyle berusaha merahasiakan perannya sebagai mata-mata di basis musuh, dan berhasil mengirimkan 135 pesan rahasia ke Inggris. "Saya ditanya apakah saya ingin penghargaan itu diberikan secara formal, dan saya jawab tidak. Keluarga saya yang menginginkannya," kata Doyle.


Putra tertuanya membaca sebuh informasi di internet, lalu berusaha menerka kaitannya dengan beberapa medali yang dimiliki Doyle. Sehingga Doyle yang kini tinggal di Selandia Baru, akhirnya terpaksa menceritakan rahasia itu, sekitar 15 tahun lalu.


Doyle, putri dari seorang ibu berkewarganegaraan Inggris dan ayah seorang dokter Prancis, mengatakan bergabung dengan Angkatan Udara Inggris pada 1941, sebagai seorang mekanik penerbangan. Hingga agen rahasia tertarik untuk merekrutnya sebagai mata-mata.


Dia menjadi salah satu dari 40 agen intelijen wanita lain, yang dilatih untuk menjalankan misi khusus (SEO). Doyle mengaku bahwa dirinya bergabung dengan SEO untuk balas dendam, atas kematian neneknya yang bunuh diri saat dipenjara Nazi.


Sementara ayahnya tewas ditembak Nazi. Dia kemudian menjalani latihan intensif selama beberapa bulan, sejak Agustus 1942, meliputi pelatihan fisik memanjat bangunan, naik ke atap tanpa ketahuan, menuruni pipa air, serta menyusup melalui jendela yang tinggi.


Doyle juga wajib menguasai sandi Morse dan dapat menyusun 24 kata-kata dalam satu menit. Pada 2 Mei 1944, diusia 23 tahun, Doyle diterjunkan dengan parasut ke Normandia menggunakan pesawat pembom milik Amerika Serikat (AS).


Dia menyamar sebagai seorang gadis Prancis bernama Paulette. Sadar bahwa kesempatannya bertahan hidup hanya kurang dari 50 persen, dia terus bergerak, dan tidur dengan berhati-hati. Dia berhasil mengirimkan pesan-pesan penting, untuk memandu pengeboman oleh sekutu.


Setelah berakhirnya PD II, Doyle pindah ke Kenya dan Fiji sebelum menetap di Australia. Kini dia tinggal pada sebuah pedesaan di Auckland, Selandia Baru. Dubes Prancis Laurent Contini, mengatakan Doyle adalah contoh bagi generasi muda.


"Saya sangat mengagumi keberanian dan komitmennya untuk mengakhiri perang, dan sangat terhormat untuk menyampaikan penghargaan baginya," kata Contini.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya