Tiongkok Minta AS Tidak Ikut Campur Sengketa Laut China Selatan

Kepulauan Spratly di Laut China Selatan.
Sumber :
  • REUTERS/Rolex Dela Pena/Pool
VIVAnews - Pemerintah China mengaku geram terhadap klaim yang dilontarkan oleh Amerika Serikat mengenai adanya aktivitas pembangunan basis militer di lepas pantai Pulau Spratly pada akhir pekan lalu. Tudingan Negeri Paman Sam didasari citra satelit yang ditangkap oleh perusahaan pengumpul data intelijen AS, IHS Jane 360.
Cegah Informasi Simpang Siur, Jemaah Haji Diimbau Tak Bagikan Kabar Tidak Benar di Media Sosial

Stasiun berita Channel News Asia, edisi Senin, 24 November 2014 melansir kecaman disampaikan langsung oleh Mayor Jenderal Militer Pembebasan Rakyat (PLA), Luo Yuan kepada harian milik pemerintah, Global Times. Dia menyebut bahwa Beijing tengah membangun infastruktur di tepi karang Pulau Spratly. 
Usulan Kejaksaan Izinkan Lima Smelter Perusahaan Timah Tetap Beroperasi Disorot

AS, kata dia, diminta untuk tidak ikut campur dalam masalah itu. 
Mahfud MD Blak-blakan Soal Langkah Politik Berikutnya Usai Pilpres 2024

"AS jelas memberikan pernyataan bias, terlebih jika melihat Filipina, Malaysia, dan Vietnam yang sudah lebih dulu membangun fasilitas militer. Tiongkok sepertinya akan tetap bertahan dari tekanan dunia internasional dan terus melanjutkan pembangunan itu, sebab hal itu sah dan benar untuk dilakukan," ujar Luo. 

IHS Jane 360 merekam foto tersebut sebanyak dua kali. Pertama, pada 8 Agustus 2014 dan kedua, pada 14 November 2014. Menurut laporan badan tersebut, Tiongkok akan menjadikan area di lepas pantai Pulau Spratly yang masih menjadi sengketa, sebagai basis pertahanan udara pertama di Laut China Selatan. 

Basis pertahanan itu dibuat di atas sebuah pulau buatan yang memiliki panjang 3.000 meter dan 200 hingga 300 meter lebarnya. 

Selain itu, IHS Jane 360 turut menyebut, China tengah membangun pelabuhan di bagian timur sisi karang pulau tersebut. Dari pencitraan foto, terlihat pelabuhan itu cukup besar agar bisa memarkir kapal tanker dan perang Angkatan Laut. 

AS kemudian menyerukan kepada Tiongkok untuk menunda proyek itu. Seruan serupa juga disampaikan ke pemerintah dari negara lain. 

"Kami mendorong Tiongkok untuk menghentikan program reklamasi daratan dan terlibat di dalam inisiatif diplomatik agar memicu aktivitas serupa diikuti oleh orang lain," kata juru bicara militer AS, Letnan Kolonel Jeffrey Pool. 

Sementara, pernyataan itu langsung dikomentari oleh harian Global Times. Mereka menulis pembangunan di tepi karang itu semata-mata untuk meningkatkan standar hidup dari pasukan yang diminta bersiaga di sana. 

"AS yang bukan bagian dari negara pengklaim di Laut China Selatan, telah bertindak egois. Pembangunan di tepi karang Yongshu, juga tidak akan terpengaruh atas kalimat yang dilontarkan AS" tulis Global Times.

Baca juga:


Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya