Indonesia Belum Sepenuhnya Siap Hadapi Komunitas Ekonomi ASEAN

Para pemimpin negara ASEAN di sesi foto KTT ke-25 ASEAn di Myanmar
Sumber :
  • REUTERS/Damir Sagolj
VIVAnews - Komunitas Ekonomi ASEAN (AEC) kian dekat. Namun, belum semua negara anggota perhimpunan Asia Tenggara itu sudah siap menghadapi liberalisasi pasar dan perdagangan yang disepakati dalam AEC itu.
Sentil Gugatan Paslon 01 dan 03 di MK, Qodari Soroti 2 Hal Ini

Demikian ungkap kalangan akademisi di tiga negara dalam diskusi terbatas di @america Jakarta hari ini. Dengan telekomunikasi video jarak jauh (telekonferensi), diskusi yang diselenggarakan oleh Kedubes AS dan Bakrie Center Foundation itu menghadirkan sejumlah pakar ekonomi politik di Jakarta, Singapura, dan Washington DC.
Kunjungan ke Luar Negeri, Prabowo Subianto Akan ke China dan Bertemu Xi Jinping

Derry Habir, pengamat dari Strategic Asia, mengungkapkan bahwa kendati pemerintahnya sudah berkomitmen mewujudkan perdagangan bebas di Asia Tenggara, bukan berarti Indonesia akan sepenuhnya siap menghadapi AEC, yang akan mulai berlaku Desember 2015.
Health Minister Ensures Hospitals Ready to Handle Dengue Patients

"Bahkan banyak orang di Indonesia yang masih tidak tahu apa itu AEC. Apa dampak AEC bagi usaha dan pekerjaan mereka," kata Habir. Kurangnya pemahaman ini yang menjadi PR bagi Pemerintah selain juga masih harus membenahi infrastruktur dan perangkat hukum yang jelas agar siap menghadapi AEC.

Sebelumnya, Kepala Ekonom PT Bakrie & Brothers, Kahlil Rowter, juga mewanti-wanti apa dampak AEC bila Indonesia tidak siap menghadapinya.

"Mungkin, mulai tahun depan harga-harga barang di Indonesia yang diimpor dari sesama anggota ASEAN akan jadi lebih murah karena banyak tarif yang dipangkas. Tapi, bisa jadi ayah kalian atau kalian sendiri bisa kehilangan pekerjaan bila tidak siap menghadapi persaingan pencari kerja dari negara-negara tetangga," kata Rowter dalam diskusi yang juga dihadiri para mahasiswa itu. 

Sementara itu, mantan Kepala Ekonom Bank Dunia, Vikram Nehru, merujuk laporan ASEAN 2011 yang menunjukkan bahwa baru 2/3 dari sepuluh anggota mereka yang siap dengan AEC. "Namun, itu berdasarkan laporan masing-masing anggota yang dibuat secara mandiri. Pada kenyataannya, hasil yang sebenarnya bisa jadi berbeda," kata Nehru dari Washington DC.

Beberapa negara ASEAN masih harus berusaha lebih keras untuk bisa siap, seperti Kamboja dan Laos. "Negara-negara yang sudah lebih siap tentu harus membantu mereka agar tidak lagi timpang," kata Nehru.

Mulai akhir 2015, para anggota ASEAN berkomitmen menerapkan Komunitas Ekonomi ASEAN (AEC). Komunitas ini bertujuan membentuk suatu pasar tunggal dan basis produksi yang kompetitif dan terintegrasi di Asia Tenggara. 

AEC dibangun berdasarkan prinsip pembangunan ekonomi dan kemakmuran yang merata. Ini merupakan upaya ambisius ASEAN dalam menerapkan integrasi pasar untuk mendorong bebasnya aliran barang, jasa, dan investasi, konektivitas yang meningkat, dan peluang yang makin luas bagi migrasi pekerja Intra-Kawasan. 

AEC tidak hanya sebatas pada liberalisasi perdagangan dan investasi, namun juga menyentuh ketimpangan di dalam kawasan maupun antarnegara terkait pada pembangunan infrastruktur, pengembangan usaha kecil dan menengah, dan mobilitas pekerja terampil. 

Menurut Vikram, AEC mengandung 17 "elemen inti" dan 176 aksi prioritas untuk mewujudkan empat pilar. Pertama, basis produksi dan pasar tunggal. Kedua, kawasan ekonomi yang sangat kompetitif. Ketiga, kawasan dengan pembangunan ekonomi yang merata. Empat, kawasan yang terintegrasi penuh dengan ekonomi global. (art)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya