Militer Pakistan Serang Militan, 59 Tewas

Masyarakat Pakistan mengecam pembantaian ratusan siswa.
Sumber :
  • REUTERS/Mohsin Raza
VIVAnews
Pecahkan Rekor Tertinggi, Harga Emas Hari Ini Tembus Rp 1.249.000 Per Gram
- Militer Pakistan mengungkapkan 32 militan hari ini tewas dalam penyergapan di bukit Tirah dekat perbatasan Afghanistan, empat hari setelah pembantaian 132 anak-anak oleh Taliban pada sebuah sekolah di Peshawar.

Ten Hag Bawa 3 Pemain Man Utd U-18 ke Tim Senior

Dilansir dari
Sopir Taksi Online yang Todong Penumpang Wanita dan Minta Rp100 Juta Jadi Tersangka
Reuters , Jumat, 19 Desember 2014, militer juga mengatakan 27 militan tewas dalam bentrokan lainnya. Penyergapan dilakukan Kamis malam, 18 Desember, di bukit Tirah yang merupakan rute utama penyelundupan senjata, serta militan antara Pakistan dan Afghanistan.

Pada pernyataan resmi militer disebutkan, bahwa pasukan keamanan menyergap sekelompok militan yang sedang bergerak. Tapi beberapa militan berhasil melarikan diri, meninggalkan 32 rekan mereka yang tewas.


Operasi militer yang dilakukan, Kamis, itu dilakukan setelah pemerintah Pakistan berjanji akan melakukan tindakan keras terhadap Taliban, setelah mendapat tekanan dari publik yang marah dengan pembantaian 148 siswa dan guru, Selasa, 16 Desember.


Pemerintah juga mengatakan, bahwa Pakistan tidak akan membedakan faksi-faksi militan. Selama ini Pakistan bergeming, walau mendapat banyak kecaman dari India dan Afghanistan, yang menyebut Pakistan sengaja melindungi para militan di wilayahnya.


Selain 32 yang tewas dalam penyergapan, militer juga mengatakan 17 militan tewas dalam serangan udara di Kyber, serta 10 militan tewas dalam serangan darat. Kelompok-kelompok militan di Pakistan tampak khawatir dengan kemarahan publik.


"Kelompok yang masih ingin mempertahankan kerjasama dengan Pakistan, telah mengecam serangan," kata seorang analis yang berbasis di Islamabad, dikutip oleh Reuters. Kemarahan publik telah membuat khawatir kelompok-kelompok itu.


Beberapa kelompok Taliban seperti Jamaat-ul-Ahrar, berusaha menjauhkan diri dengan mengeluarkan kecaman terhadap pembantaian para siswa sekolah, menyusul kecaman serupa dari Taliban di Afghanistan.


"Kami mengutuk serangan ke sekolah dan pembunuhan anak-anak tidak berdosa," kata Ehsanullah Ehsan, juru bicara Jamaat-ul-Ahrar, yang melakukan serangan di India, November lalu, menewaskan lebih dari 50 orang.


Kelompok militan yang dilarang di Pakistan, tapi diyakini tetap dibiarkan beroperasi secara terbuka, Lashkar-e-Jhangvi, juga ikut mengecam serangan ke sekolah. "Kami berdiri dengan militer Pakistan dalam situasi kritis ini," kata juru bicara Lashkar-e-Jhangvi, Ghulam Rasool Shah.


"Kami mengecam keras serangan pada anak-anak sekolah, dan yakini bahwa tidak ada alasan religius, etika, atau alasan sosial lain untuk tindakan keji ini," ujar Ghulam, yang merupakan wakil pemimpin Lashkar-e-Jhangvi, Malik Ishaq.


Lashkar-e-Jhangvi mengklaim bertanggungjawab atas dua ledakan di kota Quetta, pada 2013, menewaskan sedikitnya 180 orang, sebagian besar adalah warga sipil dari kelompok Syiah. Tapi tidak ada tindakan dari otoritas keamanan terhadap serangan mereka.


Selama ini militer Pakistan selalu menolak, untuk menanggapi secara serius ancaman Taliban. Pemerintah Pakistan telah berusaha membuat perjanjian damai dengan Taliban, pada 2004, 2005 dan 2008, tapi semuanya gagal.


Walau dengan semua kegagalan dalam negosiasi, pemerintah dan militer Pakistan tetap menolak untuk menghadapi ancaman Taliban. Sehingga kelompok militan itu, selama ini dapat menikmati kebebasan di Pakistan.


Ada beberapa kelompok bersenjata di Pakistan, yang memiliki beberapa tujuan berbeda, seperti beberapa kelompok yang banyak melakukan teror di India, dan selama ini mendapat perlindungan dari otoritas Pakistan.


Pemerintah Afghanistan juga telah lama menuduh Pakistan mendukung Taliban yang beroperasi di Afghanistan, dan selama ini berlindung di perbatasan Pakistan. Kini pemerintah Pakistan mendapat tekanan untuk menghabisi semua kelompok Taliban.


"Mereka semua teroris, dan negara harus tegas menentang mereka dalam semua bentuk dan warna," kata Senator Pakistan Afrasiab Khattak. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya