Dubes Inggris Bantah Ditugaskan ke Indonesia karena Seorang Muslim

Dubes baru Inggris untuk RI Moazzem Malik
Sumber :
  • Kedubes Inggris
VIVAnews - Duta Besar Kerajaan Inggris untuk RI, Moazzam Malik, menepis anggapan yang menyebut dia ditugaskan oleh pemerintahnya ke Indonesia, hanya karena beragama Islam. Dia mengatakan, pemerintahnya percaya terhadap kapabilitasnya untuk mempererat hubungan kedua negara. 
Pemain Korea Selatan Puji Timnas Indonesia U-23

Ditemui media di kediamannya di Menteng, Jakarta Pusat, pada Jumat, 19 Desember 2014, Malik mengakui bahwa dia menjadi dubes Inggris untuk Indonesia pertama yang beragama Islam.
3 Fakta Menarik Serial The Perfect Strangers, Maxime Bouttier dan Beby Tsabina Gemas Banget!

"Memang betul, saya adalah Dubes pertama yang beragama Islam dan dikirim ke Indonesia. Tapi, bukan itu alasan pemerintah saya menugaskan saya ke mari," ujar dia membantah. 
Kemenangan Prabowo-Gibran Diharap Jadi Peluang Kembangkan Ekonomi Berbasis Laut

Sebelum bertugas di Indonesia, Malik pernah bekerja sebagai Direktur Jenderal di Kemlu Inggris bagian Departemen Pembangunan Internasional. Dia bekerja di beberapa negara di kawasan Asia Selatan, Afrika Timur dan Timur Tengah. Beberapa negara tersebut, diketahui memilik penduduk Muslim dalam jumlah besar. 

Malik juga mewarisi darah Pakistan dari kedua orang tuanya. Namun, dia lahir dan dibesarkan di Inggris. 

"Wajah Inggris di masa kini terdiri dari warga yang memiliki latar belakang. Sehingga, tidak lagi didominasi oleh warga yang berkulit putih saja. Kita bisa melihat warga Inggris juga berwarna kulit cokelat dan hitam," papar dia. 

Mereka juga memiliki kesempatan dan peluang yang sama untuk menempuh pendidikan dan bekerja di pemerintahan. Bahkan, bisa meniru jejaknya mewakili Pemerintah Inggris di satu negara. 

"Latar belakang saya yang beragama Islam tidak bisa disebut sebagai sebuah keuntungan ketika ditempatkan di sini. Saya tetap bekerja sebagai diplomat yang profesional dan berharap dari kerjasama kedua negara bisa saling diuntungkan," kata Malik. 

Ekstremisme

Dalam kesempatan itu, Malik turut menyinggung paham ekstremisme yang kini sedang dihadapi oleh berbagai negara termasuk Inggris dan RI. Malik memuji Pemerintah Indonesia yang bertindak sigap dan dianggap berhasil meredam paham tersebut agar tidak meluas di Tanah Air. 

"Justru negara lain perlu belajar dan mengambil hikmah dari pengalaman Indonesia menangani paham ekstremisme ini. Pemerintah di negara kami terus memperbaiki kebijakan untuk mengatasi masalah ini. Kami bahkan, berdebat hingga menyentuh isu politik dan agama untuk melawan orang berpaham ekstremis ini," papar Malik. 

Kendati begitu, lanjut Malik, paham ini akan sulit mengakar, jika semua negara terutama yang memiliki penduduk Muslim yang besar bergerak. 

Dia menyebut jangan sampai orang-orang yang mengatasnamakan agama untuk berbuat tindak kekerasan, justru menjadi cerminan Islam ke dunia. 

"Sebagai contoh, beberapa hari yang lalu, terjadi sebuah peristiwa yang memilukan di Pakistan dan mengatasnamakan Islam. Sebagai warga Muslim, menurut pemahaman saya, tidak ada satu orang pun yang berhak mencabut nyawa orang lain," kata dia. 

Oleh sebab itu, lanjut Malik, semua pihak harus menantang orang-orang yang berpaham ekstremis tersebut dan menjelaskan kepada dunia, Islam tidak identik dengan tindak kekerasan. 

"Kita semua bertanggung jawab untuk menghadapi ekstremisme," kata dia. 

Baca juga: 


Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya