10 Tahun Aceh Bangkit

Setelah Tsunami 2004, Pembangunan di Aceh Masih Lambat

Tsunami di Aceh, 2004
Sumber :
  • http://ioc3.unesco.org
VIVAnews
Siap Tanding ! Bank Mandiri Resmi Umumkan Tim Proliga 2024 Putri, Jakarta Livin' Mandiri (JLM)
- Di penghujung tahun 2004, tsunami setinggi 10 meter telah meluluhlantakkan Aceh hingga menewaskan lebih dari 170 ribu orang. Dunia ikut bergerak untuk membantu Indonesia dari keterpurukan.

Kiprah Ninja Xpress Jadi 'Teman' UMKM Bantu Naik Kelas

Namun, hingga satu dekade semenjak perisiwa tsunami tersebut menyapu bersih daerah tersebut, pembangunan Aceh masih dinilai tak merata. Padahal, berbagai negara telah menggelontorkan miliaran dolar untuk membangun Aceh kembali. Hal ini menjadi soroton bagi media asing, seperti
Masuk Usia Kepala 4, Vicky Prasetyo Sudah Siapkan Kain Kafan?
The Independent.

Media asal Inggris tersebut, Minggu, 21 Desember 2014, menuliskan dalam judul beritanya bahwa Banda Aceh menjadi daerah yang dianggap lambat dalam membangun kembali usai tragedi tsunami.


Direktur United Nations Development Programme Indonesia, Beate Trankmann, mengatakan, Banda Aceh menjadi daerah yang hampir tak ada bedanya dengan peristiwa tsunami saat itu.


"Kami melihat pembangunan manusia di sana melambat setelah tahun 2008 dibandingkan dengan periode 2004-2008," kata dia.


Kemudian dia melanjutkan, pada 2008, berbagai negara mencoba membantu Indonesia untuk segera memulihkan kondisi Aceh menjadi daerah yang lebih baik lagi. Namun, nyatanya masih nihil bila dilihat oleh Trankmann.


"Pada 2008, semua bantuan dan uang yang masuk untuk membantu pemulihan dari tsunami mulai mengering. Miliaran poundsterling yang dituangkan untuk membantu perekonomian provinsi (Aceh) menetes secara perlahan," kata Trankmann.


Ia lalu mengkritik pemerintah daerah Aceh dan Indonesia yang semestinya dapat memanfaatkan segala sumber daya alam yang tersedia di daerahnya untuk dijadikan lapangan pekerjaan bagi masyarakatnya.


"Mereka (Provinsi Aceh) perlu memanfaatkan sumber daya alam seperti minyak dan gas atau kopi serta kakao, tapi pemerintah Indonesia juga perlu memastikan bahwa peluang ekonomi dan lapangan kerja harus tetap ada," jelasnya.


The Independent
menulis seorang kisah insinyur perairan asal Inggris, Andy Bastable yang tergerak untuk ikut membantu setelah menyaksikan tsunami yang meluluhlantakkan Aceh dan beberapa negara seperti Thailand, India, dan Sri Langka pada 2004.


Selama sekitar tiga tahun saat itu, Bastable berupaya untuk membangun kembali persediaan air dan sanitasi untuk para korban di Aceh dalam menanggulangi krisis air bersih. Bersama timnya, Bastable bekerja sama dengan pemerintah Indonesia dengan membuat tempat praktik yang bisa digunakan untuk korban dalam memenuhi kebutuhan para korban.


"Kami bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk mendapatkan sistem perairan yang baik. Kami menyadari harus meninggalkan warisan yang dapat dilanjutkan. Apapun yang kami lakukan, harus membuatnya berkelanjutan," ujarnya. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya