Penyerangan Charlie Hebdo Mempertajam Ketegangan di Eropa

Solidaritas Bagi Korban Penembakan di Majalah Charlie Hebdo Paris
Sumber :
  • REUTERS / Youssef Boudlal
VIVAnews
Pengamat: Provokasi Charlie Hebdo Bisa Sampai RI
- Reaksi pertama di Prancis, atas pembantaian 12 orang di Charlie Hebdo, adalah seruan dukungan untuk persatuan nasional dan kebebasan berbicara. Namun itu dinilai hanya langkah instan mengalihkan kenyataan yang lebih dalam.

Tesla Banting Harga Mobil Listrik Model-model Ini, Diskon hingga Rp32,5 Juta

Setidaknya dua serangan yang diduga merupakan aksi balas dendam telah terjadi. Tembakan terdengar di sebuah masjid di sebelah barat kota Le Mans. Ledakan merusak satu toko kebab dekat sebuah masjid di kota Villefranche-sur-Saone.
Persiapan Pilkada 2024, Bawaslu RI Segera Seleksi Panwascam


"Serangan ini akan mempertegas meningkatnya fobia Islam di Prancis," kata Olivier Roy, pakar politik dan Timur Tengah dari Universitas Eropa di Florence, yang dikutip dalam laporan
Reuters
, Jumat, 9 Januari 2015.


Sebuah buku yang ditulis Eric Zemmour dengan judul "Le suicide francais," merupakan salah satu buku terlaris pada 2014. Buku itu berisi pendapat bahwa imigrasi massal Muslim, salah satu faktor yang merusak nilai-nilai sekuler Prancis.


Para politisi bahkan memanfaatkan fobia Islam untuk memenangkan suara. Jajak pendapat memperlihatkan pemimpin partai kanan Barisan Nasional, Marine Le Pen, akan menang dalam putaran pertama jika pemilihan presiden (pilpres) digelar saat ini.


Le Pen yang mengatakan fundamentalis Islam telah mendeklarasikan perang pada Prancis, juga telah menyerang apa yang disebutnya simbol-simbol Islam di kehidupan masyarakat Prancis, seperti Muslim salat di jalan, makanan hallal di sekolah dan wanita mengenakan jilbab.


Asisten Le Pen, Florian Philipport, juga mengeluarkan pernyataan yang menggambarkan sikap ekstrim Barisan Nasional. "Siapa pun yang mengatakan radikalisme Islam tidak terkait dengan imigrasi, hidup di planet lain," katanya.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya