Sumber :
- TELEGRAPH
VIVAnews - Pelaku penembakan di kantor Majalah Charlie Hebdo, Paris, Cherif Kouachi 12 tahun lalu sama seperti kebanyakan pria Prancis lainnya yang lebih tertarik pada gadis cantik dan rokok ganja ketimbang membela Nabi Muhammad. Bahkan, di tahun 2003, ketika pindah ke ibukota Paris, Cherif sempat menjadi pengantar pizza dan bermimpi untuk menjadi penyanyi rap terkenal.
Kantor berita Reuters melansir semua itu kini berbanding 180 derajat ketika, pada Rabu kemarin, Cherif disebut polisi sebagai pembantai jurnalis bersama sang kakak, Said Kouachi. Kesan atas Cherif tiba-tiba berubah dari pria penyuka musik rap menjadi buronan kelas wahid.
Dalam sebuah film dokumentasi yang ditayangkan oleh stasiun televisi France 3, Cherif terlihat tengah menyanyi lagu rap dalam Bahasa Inggris. Dia mengenakan celana panjang, kaos longgar dan topi baseball yang dibalik ke belakang.
Bagi kebanyakan orang, Cherif tipikal pria yang pernah melakukan tindak kejahatan ringan seperti menjual narkoba. Dia dilihat sebagai pria yang lebih tertarik terhadap gadis cantik dan musik ketimbang Al-Quran.
Perubahan Kouachi menjadi sosok yang fanatik dan menempuh jalan radikalisme, kini menjadi cerita yang familiar di Prancis dan di negara barat lainnya. Pertanyaan kemudian muncul di benak publik, sebab, badan intelijen Prancis seolah kecolongan terhadap aksi Cherif. Padahal, dulu dia mantan narapidana dan telah masuk radar mereka. (ren)
Baca juga:
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Perubahan Kouachi menjadi sosok yang fanatik dan menempuh jalan radikalisme, kini menjadi cerita yang familiar di Prancis dan di negara barat lainnya. Pertanyaan kemudian muncul di benak publik, sebab, badan intelijen Prancis seolah kecolongan terhadap aksi Cherif. Padahal, dulu dia mantan narapidana dan telah masuk radar mereka. (ren)