Manajar Percetakan Ikut Obati Luka Teroris Prancis

Suasana gudang percetakan di Paris usai diserbu polisi Prancis
Sumber :
  • REUTERS/Eric Gaillard
VIVAnews - Michel Catalano tidak akan melupakan pengalaman mengerikan yang dia alami pada Jumat pagi, 9 Januari 2015. Usai diguyur hujan, kantornya tiba-tiba didatangi oleh dua pria yang menjadi buronan dunia, kakak beradik Kouachi.
Gelar Operasi Antiteror, Polisi Kanada Lumpuhkan Tersangka

Harian Inggris, The Telegraph, edisi Minggu, 11 Januari 2015 melansir Catalano saat itu tengah berada di kantornya, perusahaan percetakan, CDT di area Dammartin-en-Goële bersama dengan karyawannya, Lilian Lepere. 
Bertemu Menteri Australia, Yasonna Bahas Soal Terorisme

"Saya bisa melihat dari jendela kantor, ada seorang pria yang tengah menenteng peluncur roket dan sebuah senjata jenis Kalashnikov. Di saat itulah saya menyadari, situasi bahaya macam apa yang akan kami hadapi," ujar Catalano yang ditemui di rumahnya pada Sabtu lalu. 
UEA: Teroris Sebarkan Radikalisme Lewat Video Game

Dalam hitungan detik, kakak beradik Kouachi mengetuk pintu kantornya. Catalano akhirnya membuka pintu setelah sebelumnya meminta desainer grafisnya, Lepere, untuk bersembunyi di belakang gedung.

"Jangan khawatir, kami hanya ingin masuk," ungkap Catalano menirukan kalimat salah satu kakak beradik Kouachi. 

Mereka terlihat basah kuyup dan lelah usai tiga hari terakhir diburu oleh polisi. Agar kedua teroris itu tidak berjalan ke belakang gedung dan menemukan Lepere, Catalano lalu berinisiatif membuatkan secangkir kopi bagi kedua kakak beradik itu. Mereka pun meneguk minuman panas itu, sambil menenteng senjata di bahunya.

"Mereka terlihat tidak begitu agresif," ujar pengusaha itu. 

45 menit berselang, pintu kantor kembali diketuk. Saat melihat jendela, Catalano melihat seorang penjual bernama Didier berdiri di tengah hujan deras. 

Catalano kemudian meminta kepada kakak beradik itu, agar melepas Didier, karena dia tidak terkait dalam kasus ini. Di luar dugaan, permintaan Catalano itu dikabulkan kakak beradik Kouachi.

"Pergi, lagi pula kami tidak membunuh warga sipil," ujar salah satu kakak beradik itu kepada Didier.

Didier lalu mengatakan kepada sebuah radio Prancis bahwa dia telah berjabat tangan dengan salah satu teroris itu. Dia mengaku sebagai polisi. 

Yang lebih mengejutkan, kedua teroris itu bahkan mengizinkan Catalano untuk menelepon polisi. Kedua teroris mengatakan mereka siap untuk menanti polisi. 

"Mereka mengatakan, bahwa semuanya akan berakhir di sini," kata Catalano.

Merawat Luka
Di saat polisi tiba dan aksi baku tembak mulai berlangsung, Catalano pun masih sempat untuk menawarkan diri merawat luka salah seorang teroris itu.

"Saya melihat salah satu dari mereka tegang, maka saya menawarkan diri untuk membantu mengobati lukanya," kata Catalano.

Salah satu kakak beradik Kouachi itu bahkan sempat protes, saat Catalano memasang plester terlalu ketat. Dia kemudian secara hati-hati memasang plester agar tidak terasa sakit.

Di saat itu, Catalano memberanikan diri untuk keluar dari gudang tersebut. Semula, Said menolak untuk membiarkan Catalano pergi. Namun, kakaknya Cherif mengizinkannya kabur. 

"Saya tidak tahu bagaimana saya bisa tetap tenang selama kejadian itu," kata dia.

Namun, Catalano mengatakan, kedua teroris itu tidak seagresif seperti perkiraannya. Bahkan, dia memiliki perasaan, teroris itu tidak akan menyakiti dirinya.

Baca juga: 



Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya