Lindungi Warga Yahudi, Prancis Kerahkan Puluhan Ribu Pasukan

Polisi berada di lokasi penyanderaan di luar supermarket Kosher
Sumber :
  • REUTERS/Charles Platiau
VIVAnews - Beberapa hari usai aksi terorisme di Paris, Pemerintah Prancis mengerahkan puluhan ribu personel militer untuk melindungi 500 ribu warga Prancis keturunan Yahudi. Total, terdapat sekitar 10 ribu pasukan yang disiagakan di semua tempat warga Yahudi berada. 
Gelar Operasi Antiteror, Polisi Kanada Lumpuhkan Tersangka

Harian Washington Post (Wapo) edisi Senin, 12 Januari 2015 melaporkan, puluhan ribu pasukan itu telah dikerahkan mulai hari Senin. Sebanyak 4.700 pasukan di antaranya disebar di 717 sekolah dan sinagog Yahudi. Selain itu, menurut pejabat berwenang, puluhan ribu pasukan juga dikerahkan untuk melindungi beberapa masjid. 
Bertemu Menteri Australia, Yasonna Bahas Soal Terorisme

Melihat adanya pasukan yang melindungi, Direktur Sekolah, Elisabeth Atthar, mengaku lega. Namun, di saat bersamaan, Atthar mulai khawatir terhadap situasi keamanan di Prancis. 
UEA: Teroris Sebarkan Radikalisme Lewat Video Game

"Saya bahagia ada banyak pasukan di sini. Tetapi, pada faktanya, berarti ada sesuatu yang keliru di sini. Seharusnya, tidak perlu seperti ini," kata Atthar. 

Pengerahkan pasukan sebanyak ini, tulis Wapo, merupakan kali pertama yang dilakukan Pemerintah Prancis untuk melindungi warga sipil. Peristiwa serupa justru mengingatkan publik akan teror yang terjadi di Amerika Serikat, London dan Madrid. 

"Ini merupakan sebuah indikasi tingkat ancaman yang kami hadapi," ungkap Kolonel Benoit Brulen yang tengah mengamankan sekolah dan sinagog Yahudi. 

Sementara, pada Senin kemarin, pejabat berwenang Prancis mulai menunjukkan adanya perubahan yang akan dilakukan di negara tersebut. Kepada stasiun televisi BFM, Perdana Menteri Manuel Valls mengatakan, pemerintah akan mendorong legislasi untuk perluasan agen intelijen. Ke depannya, mereka akan diberikan kewenangan untuk menyadap. 

Langkah serupa, kini tengah diupayakan di negara lainnya di Eropa, termasuk Inggris. Selain itu, menurut para analis, kemungkinan bobolnya pengamanan di Prancis, karena kurangnya anggaran dan personel untuk memantau kaum ekstremis. 

"Mustahil melakukan pemantauan secara dekat terhadap ribuan orang. Jika itu yang terjadi, maka Anda perlu mengerahkan lebih banyak lagi polisi dan ribuan agen intelijen," kata mantan penyidik aksi tindak kejahatan terorisme, Jean-Louis Bruguiere. 

Dalam serangan yang terjadi pada Jumat pekan lalu di Supermarket Kosher, pelaku Amedy Coulibaly membunuh empat warga Yahudi yang disandera. Menurut laporan harian Inggris, The Independent, keempat nama korban diketahui bernama Yohan Cohen, Yoav Hattab, Pillipe Braham dan Francois-Michel Saada. Rencananya, mereka akan dimakamkan di Israel pada hari ini.  (one)

Baca juga: 


Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya