Anak TKI di Luar Negeri Juga Bisa Kenyam Pendidikan

Menlu Retno tengah berdialog dengan anak TKI di Malaysia
Sumber :
  • Akun resmi Twitter Kementerian Luar Negeri RI
VIVA.co.id -
Malaysia Ingin Selesaikan Masalah dengan RI
Menjadi anak Buruh Migran Indonesia (BMI) yang terlahir atau ikut ke luar negeri bersama orang tua, bukan berarti harus putus sekolah. Mereka bisa mengenyam pendidikan di Pusat Pembelajaran Masyarakat (CLC).

'Hubungan Indonesia-Malaysia Sangat Spesial'

Data dari Kementerian Luar Negeri, CLC kini sudah banyak dibangun di Malaysia. Hal itu tidak mengherankan, mengingat sebanyak 1,2 juta WNI mencari nafkah di negara tersebut.
TKI Korban Kapal Karam Sudah Beli Truk Tebu di Kampungnya


Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kemlu, Iqbal Lalu Muhammad, yang dihubungi VIVA.co.id hari ini menyebut terdapat 207 CLC yang telah berdiri di wilayah Sabah. Sementara, dari data yang dia miliki, saat ini terdapat 55 ribu anak BMI yang bermukim di area Sabah dan Serawak.


"Dari jumlah tersebut, baru sekitar 20 ribu yang dapat diserap oleh Sekolah Indonesia dan CLC," ujar Iqbal.


Proses pengajaran di CLC, papar Iqbal berbeda-beda. Ada yang hanya mengajarkan pendidikan dasar seperti membaca, menulis dan menghitung. Namun, ada juga yang mengajarkan mata pelajaran seperti di sekolah pada umumnya.


Sebagian besar CLC ini didirikan bagi BMI yang bekerja di area ladang dan perkebunan kelapa sawit. Agar bisa tetap beroperasi, BMI juga memberikan dana secara sukarela.


"Selain itu, Pemerintah Indonesia juga telah membantu dengan mengirimkan guru-guru dari Tanah Air ke Malaysia dan memberikan honorarium bagi guru lokal yang dipekerjakan dari berbagai kalangan," ujar Iqbal.


Sayangnya, CLC masih menghadapi berbagai hambatan. Dua di antaranya, terbatasnya CLC yang mengantongi izin dan serta pengakuan terhadap pendidikan yang mereka terima di CLC ke dalam sistem kurikulum nasional. Total, terdapat 24 CLC non ladang yang masih belum memiliki izin pendirian dari Pemerintah Negeri Jiran.


"Justru itu yang menjadi perhatian kami, bagaimana caranya agar sistem pendidikan yang telah ditempuh anak-anak BMI bisa disetarakan dengan pendidikan di Indonesia. Jadi, tanda kelulusan mereka bisa digunakan di Tanah Air," jelas Iqbal.


Ingin Sekolah


CLC dianggap oleh sebagian besar anak BMI pintu menuju ke akses pendidikan yang murah. Keinginan yang tinggi untuk belajar disampaikan oleh salah satu siswa di CLC Tunas Harapan, Imanuel ketika bertemu Menteri Luar Negeri Retno L.P. Marsudi pada Minggu kemarin.


"Ibu, bantulah saya supaya saya bisa sekolah lagi. Supaya saya bisa pintar lagi seperti dulu," kata siswa yang setara kelas 5 SD tersebut.


Sayangnya, dari informasi yang diperoleh Iqbal, CLC Tunas Harapan telah ditutup selama 5 bulan, karena terbentur masalah perizinan.


Oleh sebab itu, para siswa berharap Retno bisa memperjuangkan hak mereka, agar bisa mengenyam pendidikan sama seperti program Kartu Pintar yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo.


Retno kemudian mencoba memfasilitasi permintaan mereka dengan langsung menyampaikan kepada Menlu Anifah Aman ketika bertemu pada Senin kemarin. Retno berharap Pemerintah Malaysia bis a menerbitkan izin lebih banyak lagi bagi CLC di Negeri Jiran.


"Menlu Anifah menyampaikan keseriusannya untuk mencarikan solusi terbaik," kata Iqbal.


Sementara, di dalam negeri, Retno akan mengkoordinasikan permasalahan ini dengan Menteri Pendidikan dan Menteri Sosial.


Baca juga:



Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya