Dirawat, Lee Kuan Yew Masih Gunakan Alat Bantu Pernafasan

Mantan Perdana Menteri Singapura, Lee Kuan Yew
Sumber :
  • REUTERS/Tim Chong
VIVA.co.id -
'Ahok, Lee Kuan Yew dari Jakarta'
Mantan Perdana Menteri Singapura, Lee Kuan Yew, masih dirawat di Rumah Sakit Umum dengan menggunakan alat bantu pernafasan du unit perawatan intensif (ICU). Pernyataan yang dirilis oleh kantor Perdana Menteri pada pekan lalu menyatakan demikian.

PM Singapura: Ketika 'Steam Boat' Jadi Kapal Perang

Kantor berita Reuters, Kamis, 26 Februari 2015 melansir, pendiri Republik Singapura itu dirawat di rumah sakit sejak tanggal 5 Februari karena menderita pneumonia akut.
Prosesi Pemakaman Lee Kuan Yew


"Dia masih sadar dan dibius ringan. Para dokter telah mulai memberikannya obat antibiotik dan tetap melanjutkan untuk memantau secara seksama," tulis pernyataan tersebut.


Pernyataan itu muncul usai banyak rumor di media sosial pada Rabu malam kemarin yang menyebut Lee telah meninggal. Pemerintah memang tidak memberikan klarifikasi pada Rabu malam. Namun, media milik pemerintah Channel News Asia dan harian yang pro pemerintah, Straits Times mempublikasikan bahwa berita itu tidak benar.


Menteri Tenaga Kerja, Tan Chuan-Jin, menulis di akun Facebooknya yang berisi permintaan agar Lee segera sembuh.


Putra tertua Lee yang juga PM berkuasa saat ini, Lee Hsien Loong, menulis di akun Twitternya, pada pekan lalu dia berkunjung ke rumah sakit untuk mengucapkan selamat tahun baru.


Lee memang diketahui sakit-sakitan beberapa tahun terakhir. Dia juga pernah dilarikan ke rumah sakit pada perayaan Imlek tahun lalu karena menderita infeksi, demam dan batuk. Lee juga sempat dirawat di rumah sakit pada Februari 2013 lalu dengan gejala mirip stroke.


Dia dikenal sebagai PM pertama dan terlama yang pernah berkuasa di Negeri Singa. Lee memimpin Singapura sejak tahun 1965 hingga 1990.


Negarawan berusia 91 tahun itu dipuji karena berhasil mengubah negara pelabuhan kecil menjadi negara dengan pusat keuangan dunia yang kaya setelah berubah menjadi republik di tahun 1965.


Dia meninggalkan kabinet pada Mei 2011 setelah partainya, Aksi Rakyat (PAP), hanya meraih kemenangan tipis di pemilu. Kendati begitu, Lee masih dianggap sosok berpengaruh di dalam parlemen.


Lee juga banyak dikritik oleh kelompok pembela hak asasi manusia, karena membungkam media domestik dan membatasi kebebasan sipil. Salah satunya, dengan menerapkan aturan ketat terkait kegiatan penyampaikan pernyataan publik dan demonstrasi.


Baca juga:




Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya