Afghanistan Produsen Opium Terbesar di Dunia

Warga Afghanistan pecandu heroin
Sumber :
  • REUTERS/Omar Sobhani

VIVA.co.id - Afghanistan menjadi negara pembudidaya opium di dunia. Kesimpulan itu diperoleh dari hasil laporan yang dirilis oleh Badan Pengendalian Narkotika Internasional (INCB) pada Selasa, 3 Maret 2015 di Gedung Menara Thamrin, Jakarta Pusat.

Lalui Jalur 'Tengkorak', Turis Diserang Militan Afghanistan

Perwakilan INCB di Indonesia, Sri Suryawati, memaparkan Afghanistan menyumbang sekitar 80 persen dari perkiraan produksi opium secara ilegal di seluruh dunia. Dari laporan itu, tertulis budidaya opium secara gelap di Afghanistan terus meningkat dan berlanjut.

"Pada tahun 2013, budidaya opium mencapai luas 209 ribu hektare. Sementara itu, budidaya opium pada 2014 mencapai rekor baru yaitu seluas 224 ribu hektare," ujar Sri.

Bahkan, lebih dari separuh provinsi di Afghanistan terlibat dalam budidaya opium. Mereka diketahui juga membudidayakan ganja.

Berdasarkan informasi, opium merupakan tanaman yang menghasilkan getah. Jika diekstrak dapat dihasilkan morfin. Proses lebih lanjut, akan menghasilkan heroin.

Sayangnya, pemberantasan opium yang digelar tahunan di Afghanistan, menurut Sri tidak efektif. Terbukti, selama lima tahun terakhir, aksi pemberantasan hanya mencapai 4 persen dari area yang dibudidayakan dan tidak menghasilkan efek nyata pada produksi opium.

"Pada 2014 saja, terdapat 6.400 ton opium yang berhasil diproduksi. Itu artinya ada peningkatan sebesar 17 persen jika dibanding tahun sebelumnya," kata Sri.

Peredaran narkoba di Afghanistan menurut laporan INCB sudah merajalela. INCB mencatat satu dari sepuluh rumah tangga di kawasan perkotaan yang disurvei setidaknya memiliki satu anggota keluarga yang mengonsumsi narkoba. Mereka paling sering mengonsumsi opiat kuat seperti heroin.

Pemerintah Afghanistan, ujar Sri, telah memberlakukan kebijakan baru untuk menekan permintaan dan peredaran narkoba. Paling tidak pemerintah berharap kelompok rentan seperti anak-anak dan remaja yang telah kadung kecanduan narkoba, bisa berkurang.

"Sayangnya, kapasitas fasilitas pelayanan untuk mereka yang kecanduan hanya tersedia 6 persen dari total seluruh warga di Afghanistan yang dinyatakan sebagai pecandu," kata Sri.

Dari laporan INCB, turut diungkap faktor keamanan berhubungan erat dengan kenaikan budidaya dan produksi opium. Ujung-ujungnya tingkat penyalahgunaan dan perdagangan narkoba juga ikut melesat.

Oleh sebab itu, INCB merasa prihatin dengan situasi di Afghanistan saat ini. Di saat misi pasukan bantuan keamanan internasional (ISAF) akan segera berakhir, budidaya tanaman terlarang di Afghanistan kian merajalela.

"Situasi yang demikian, justru malah bisa mengembalikan Afghanistan ke posisi semula. Padahal, negara itu baru saja mulai mengalami kemajuan kendati masih terbatas," kata Sri. (art)

![vivamore="
Tiga Roket Taliban 'Tabrak' Komplek Parlemen Afghanistan
Baca Juga :"]
Potensi Tambang dan Mineral Afghanistan US$1 Triliun






Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya