Kisah Hidup Lee Kuan Yew dan Tanah Jawa (I)

Mantan Perdana Menteri Singapura, Lee Kuan Yew
Sumber :
  • REUTERS/Tim Chong

VIVA.co.id - Melalui memoarnya, Lee Kuan Yew mengungkap tentang banyaknya kesamaan, antara dia dan istrinya, Kwa Geok Choo, yang meninggal pada 2 Oktober 2010.

Nilai-nilai dan bahasa, bahkan asal usul serta keterkaitan orangtua mereka dengan tanah Jawa. Terutama ayah Lee Kuan, yaitu Lee Chin Koon.

Menurut data pada Dewan Perpustakaan Nasional Singapura, kakek Lee Kuan adalah Lee Hoon Leong yang bekerja untuk perusahaan pelayaran Heap Eng Moh.

Perusahaan itu milik taipan asal Semarang, Oei Tiong Ham. Lee Hoon bertemu dengan gadis Semarang, Ko Liem Nio, yang dinikahinya pada 1899.

Mereka tinggal di Semarang, melahirkan putra bernama Lee Chin Koon, hingga Lee Hoon dipercaya untuk mengelola aset Oei Tiong Ham di Singapura.

Mereka pindah ke Singapura, menjalani kehidupan sebagai keluarga kaya. Namun, depresi besar pada akhir 1920-an dan awal 1930-an, turut berdampak bagi keluarga itu.

Lee Chin Koon bekerja sebagai penjaga toko, untuk perusahaan minyak Belanda, Shell. Dia menikah pada usia 20 tahun, dengan Chua Jim Neo, pada 20 Mei 1922.

Chua Jim adalah putri tertua pengusaha kaya Chua Kim Teng dan Neo Ah Soon, keluarga Hakka dari Pontianak. Melahirkan putra pertamanya, setahun setelah menikah.

Lee Chin dan Chua Jim memberi nama putra pertama mereka, Lee Kuan Yew, lahir pada 16 September 1923. Pasangan itu memiliki tiga putra lagi dan seorang putri.

Pada otobiografinya, Lee Kuan menulis bahwa ayahnya adalah seorang yang disiplin, namun kerap melakukan kekerasan dalam menerapkan itu pada anak-anaknya.

Saat berusia empat tahun, Lee Kuan memecahkan sebuah barang milik ayahnya, yang kemudian menyeret Lee Kuan keluar sambil menjewer telinganya.

Kekerasan di masa kecil membentuk kepribadian Lee Kuan, yang menolak untuk menggunakan kekerasan fisik bagi dua putra dan seorang putrinya.

Ayah Lee Kuan juga memiliki kebiasaan buruk, judi, yang mengakibatkan kerenggangan dengan istrinya. Lee Chin kerap pulang dalam kondisi marah setelah berjudi.

Dia juga pernah meminta perhiasan istrinya, untuk digunakan berjudi. Tapi Chua Jim seorang wanita yang kuat, dan menolak permintaan Lee Chin itu.

Kebiasaan judi ayahnya itu juga berdampak pada Lee Kuan, yang membenci perjudian, walau akhirnya dua kasino tetap dibangun di Singapura, setelah putranya Lee Hsien Long menjabat PM.

Pada pidatonya sebagai Menteri Senior, Lee Kuan tetap menegaskan penentangannya terhadap perjudian. Dia menolak proposal dari Stanley Ho, untuk mengoperasikan kasino terapung di Marina Bay.

Lee Kuan, bahkan menentang proposal untuk menggelar ajang balap Formula One di Singapura. Stanley Ho Hung-sun, adalah pengusaha judi yang populer di Hong Kong dan Macau.

Lee Kuan menulis, kesulitan yang dirasakan pada masa pendudukan Jepang, membuat ayahnya lebih bertanggungjawab pada masa-masa sulit.

Bagi Lee Chin, pendidikan bagi anak-anaknya, adalah tanggungjawab penting, sehingga dia merasa bahagia, saat anak-anaknya mendapatkan beasiswa.

Setelah Lee Kuan menjadi perdana menteri pertama Singapura, pada 1959, Lee Chin menolak diwawancara oleh media, mengatakan bahwa dia tidak menyukai publisitas.

Seorang jurnalis Filipina pada 1971, menggambarkan Lee Chin sebagai seorang pakar, dalam melakukan penolakan secara sopan pada para jurnalis.

Lee Chin meninggal pada 12 Oktober 1997, sementara istrinya Chua Jim meninggal tiga tahun kemudian. (umi)

PM Singapura: Ketika 'Steam Boat' Jadi Kapal Perang

![vivamore="Baca Juga :"]

[/vivamore]
Prosesi Pemakaman Lee Kuan Yew
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama

'Ahok, Lee Kuan Yew dari Jakarta'

Gaya bekerja Ahok seperti bapak pendiri Singapura itu.

img_title
VIVA.co.id
24 Februari 2016