PM Lee Hsien Loong Sampaikan Pernyataan Duka dalam 3 Bahasa

Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong
Sumber :
  • REUTERS/Edgar Su
VIVA.co.id
Tidak Akan Ada Lagi Pemimpin Seperti Lee Kuan Yew
- Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong pada hari ini pukul 08.00 waktu setempat atau 07.00 waktu Indonesia menyampaikan pernyataan resmi mengenai wafatnya sang Ayah, mantan PM Lee Kuan Yew. Dia menyampaikan pernyataan duka dalam tiga bahasa yaitu Melayu, Inggris dan Mandarin.

Lee Kuan Yew Ingatkan agar Pejabat Bersih dari Korupsi

Bahasa yang digunakan Lee seolah ingin merangkul dan menjangkau tiga komunitas besar di Singapura yakni Melayu, Mandarin, dan India. Disiarkan langsung oleh stasiun milik pemerintah,
PM Lee: Ini Pekan yang Gelap bagi Singapura
Channel News Asia (CNA), PM ketiga Singapura itu menyampaikan pernyataan duka kali pertama dalam Bahasa Melayu. Jika didengar, maka semua kalimat Lee menyerupai Bahasa Indonesia.

"Kita kehilangan seorang tokoh yang telah memimpin kita, menjadi sumber inspirasi kita dan menyatupadukan kita," ujar Lee dalam Bahasa Melayu fasih.


Dia kemudian mengajak seluruh warga Singapura untuk alih-alih terpuruk dalam duka, memilih untuk bangkit dan menunjung serta merayakan semangat dan sumbangan Lee Kuan Yew.


"Marilah kita teruskan untuk membangun Singapura, memperkukuh masyarakat, bangsa dan agama yang telah Beliau perjuangkan sepanjang hayatnya," kata dia.


Pernyataan duka Lee kemudian dilanjutkan dalam Bahasa Mandarin dan Inggris. Dia kemudian mengenang sang Ayah sebagai seorang pejuang yang tak henti mendedikasikan waktu dan tenaga untuk membawa Negeri Singa ke posisi saat ini.


"Dia berjuang untuk kemerdekaan Singapura dan bangga menjadi warga Singa," imbuhnya.


Negara Singapura, Lee melanjutkan, telah menjadi tujuan dan semangatnya sejak lama. Lee Kuan Yew, kata Lee, rela memberikan segalanya bagi Singapura. Bahkan, pencapaiannya kini, ungkap Lee, sulit ditanding oleh pemimpin mana pun.


"Di akhir hidupnya, apa yang telah diraih adalah Singapura yang sukses. Sementara, apa yang telah diberikan adalah hidupnya," kata dia.


Tidak berlebihan jika Lee mengungkapkan sosok ayahnya yang sukses besar membawa kesejahteraan bagi Singapura. Ketika menduduki posisi PM di tahun 1959 lalu, sukses membawa Singapura yang semula hanya negara pelabuhan kecil menjadi negara makmur dan menjadi penghubung global di kawasan Asia Pasifik.


Harian Inggris,
The Independent
, Senin, 23 Maret 2015 melansir, sebelumnya, Singapura juga terkena bencana wabah malaria hebat. Namun, di tangan Lee, Singapura berhasil menjadi negara macan ekonomi Asia pertama.


Dia menghembuskan nafas terakhir pada Senin dini hari tadi pukul 03.18 waktu setempat. Lee telah dirawat di rumah sakit Umum Singapura (SGH) pada 5 Februari lalu akibat mengalami pneumonia berat.  (umi)![vivamore="
Baca Juga
:"]





[/vivamore]
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya