Ini Alasan Jokowi Tak Kunjung Angkat Telepon PM Abbott

Presiden Joko Widodo Jokowi dan PM Australia Tony Abbott
Sumber :
  • REUTERS/Rob Griffith/Pool
VIVA.co.id
Australia Siapkan Program 5.000 Doktor untuk Indonesia
- Duta Besar Indonesia untuk Australia, Nadjib Riphat Kesoema, mengungkap alasan Presiden Joko Widodo belum mengangkat telepon panggilan Perdana Menteri Australia, Tony Abbott. Mantan Dubes RI untuk Kerajaan Belgia itu menyebut kesibukan sebagai alasannya.

Indonesia Ajarkan Australia Cara Tangani Terorisme

Kantor berita Australia,
Indonesia dan Australia Intensif Bicarakan Terorisme
AAP , Kamis, 26 Maret 2015 melansir, kedua pemimpin kali terakhir berkomunikasi pada bulan Februari lalu. Saat itu, pemimpin Partai Liberal tersebut memohon agar dua gembong narkoba, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran, diberi keringanan hukuman dan tak jadi dieksekusi mati.

Jokowi menolak dengan tegas permohonan Abbott itu dan berharap untuk berkomunikasi kali kedua melalui telepon. Tapi, hingga hari ini, mantan Gubernur DKI Jakarta itu belum juga mengangkat telepon Abbott.


"Presiden Jokowi sedang sibuk mengunjungi berbagai provinsi," kata Nadjib yang ditemui di Canberra.


Sementara, Nadjib mengatakan ragu Negeri Kanguru akan membalas dendam kepada Indonesia dengan menghentikan pengucuran dana bantuan internasional senilai AUD$500 juta.


"Kami tidak melihatnya sebagai bentuk pembalasan. Lagipula, kami tidak pernah meminta uang kepada Australia. Dan jika Australia memberikan uang kepada kami (Indonesia), maka kami mengucapkan terima kasih karena selama ini mereka telah membantu," imbuh Nadjib.


Dia kembali menegaskan, isu eksekusi mati tidak akan merusak hubungan antara Jakarta dengan Canberra. Sebab, pelaksanaan eksekusi mati hanya bagian dari penegakan hukum di Indonesia.


Sementara, ketika ditanya mengenai pengembalian 15 pencari suaka dari Pulau Christmas ke Indonesia, Nadjib menyerukan agar penyelesaian masalah itu dilakukan melalui dialog. Bukan dengan aksi sepihak dari Negeri Kanguru.


Sebelumnya, Nadjib menjadi pembicara bersama mantan Perdana Menteri John Howard dalam sebuah kongres bertajuk "The Inaugural Future Leaders Congress". Dalam kesempatan itu, Nadjib menyesalkan adanya ketidakpercayaan atas batas maritim di bagian selatan dan timur Laut Tiongkok. Wilayah itu, merupakan daerah konflik antara Tiongkok dengan negara-negara tetangga.


Kendati konflik bisa saja memanas, namun Nadjib khawatir jika konflik itu akan memicu terjadinya perang dingin baru seperti yang dikatakan para pengamat.


"Memang sangat memprihatinkan jika melihat cara pendekatan yang digunakan beberapa negara yang tengah bersengketa. Langkah itu justru malah memicu ketegangan," papar Nadjib.


Indonesia, Nadjib menjelaskan, ingin menjadi area laut sebagai faktor pemersatu, dari sebuah teater konflik ke teater kerjasama. (one)



![vivamore="
Baca Juga
:"]





[/vivamore]
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya