Presiden Yaman Mengungsi ke Arab Saudi

Presiden Yaman, Abd-Rabbu Mansour dan Presiden Mesir, Abdel Fattah al-Sisi
Sumber :
  • REUTERS/Egyptian Presidency/Handout via Reuters

VIVA.co.id - Presiden Yaman, Abdrabbuh Mansour Hadi, mengungsi ke Arab Saudi bersamaan dengan serangan udara di negaranya beberapa hari lalu. Demikian ungkap seorang pejabat berwenang di Saudi.

13-12-1982: 2.900 Warga Yaman Tewas Akibat Gempa

Menurut laporan media Iran, Press TV, Hadi tiba di Riyadh pada Kamis malam kemarin dan disambut oleh Menteri Pertahanan Saudi, Pangeran Mohammad bin Salman bin Abdulaziz Al Saud, dan Kepala Badan Intelijen Jenderal Khalid bin Ali al-Humaidan di bandara.

Namun, tidak dijelaskan lebih jauh maksud dari kunjungan tersebut. Padahal, di saat bersamaan militer Saudi masih terus menggempur pasukan pemberontak Houthi.

Stasiun berita BBC edisi Jumat, 27 Maret 2015, melansir Hadi berada di Saudi untuk menghadiri pertemuan dengan para petinggi liga negara Arab yang digelar hari ini. Informasi tersebut merupakan konfirmasi pertama mengenai keberadaan Hadi usai dia mengungsi ke Aden untuk berlindung dari pasukan Houthi.

Sebelumnya, dia terpaksa menjadi tahanan rumah usai kelompok pemberontak Houthi berhasil menguasai ibukota Sana'a di bulan Januari lalu. Menurut keterangan seorang pejabat berwenang di Saudi, Hadi akan menghadiri pertemuan tingkat tinggi Liga Negara Arab selama dua hari sebagai Presiden sah.

Sementara, serangan udara terhadap Yaman yang dilakukan oleh Saudi masih terus berlangsung. Pada Kamis malam kemarin, jet tempur Saudi kembali menyasar beberapa posisi tempat kelompok Houthi bersembunyi. Antara lain di ibukota Sana'a dan pangkalan udara dengan kota pelabuhan Aden.

Laporan menyebut dalam serangan itu juga jatuh korban rakyat sipil. Pertempuran juga terjadi di Aden antara pasukan yang loyal terhadap Hadi dan para pemberontak.

Arab Saudi berdalih langkah mereka menyerang Houthi untuk mempertahankan pemerintahan yang sah dari Hadi. Menurut Duta Besar Saudi di Amerika Serikat, Adel al-Jubari, serangan udara tersebut akan terus berlanjut, hingga kelompok Houthi mulai berpikir ulang untuk menjatuhkan pemerintahan yang sah.

Arab Saudi dilaporkan mengerahkan 100 jet tempur dalam operasi serangan udara itu. Sementara, negara sekutunya mengaku siap untuk membantu.

Stasiun televisi milik Arab Saudi, Al-Arabiya, menyebut beberapa negara seperti Uni Emirat Arab, Bahrain, Kuwait, Qatar, Yordania, Maroko dan Sudan telah mengirimkan pesawat tempur. Sementara, Mesir, Sudan, Yordania dan Pakistan mengaku siap untuk mengirimkan pasukan di darat.

Negeri Paman Sam pun tak ingin ketinggalan untuk menyediakan dukungan logistik dan intelijen.

Perang Besar

Namun, invasi ke Yaman dikritik oleh beberapa negara antara lain Iran, Irak dan Rusia. Mereka sepakat berpendapat serangan itu telah melanggar kedaulatan Yaman.

Sementara, kelompok pemberontak Houthi menyebut koalisi serangan itu justru berisiko memicu terjadinya pertempuran yang lebih luas di kawasan Timur Tengah.

Tetapi, Turki justru menuding Iran sengaja mendukung kelompok Houthi. Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan menyebut posisi Iran di kawasan mulai membuat gusar karena mencoba mendominasi.

"Ini merupakan keadaan yang tidak bisa lagi ditoleransi dan Iran harus melihat ini," ujar Erdogan.

Akibat konflik tersebut, memicu kenaikan harga minyak mentah Brend sebesar 6 persen. (ren)

![vivamore="
AS-Arab Saudi Sepakat Dukung Zona Aman di Suriah dan Yaman
Baca Juga :"]
17 Tentara Yaman Disandera dan Dieksekusi Militan Bersenjata





[/vivamore]
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya