RI Dorong Pertemuan Asia Afrika Digelar Tahunan

Spandung 60 Tahun Peringatan Konferensi Asia Afrika di Jakarta
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Vitalis Yogi Trisna
VIVA.co.id
RI Terima 200 Permintaan Bantuan Negara Lain
- Menteri Luar Negeri RI, Retno L.P Marsudi, ingin mendorong adanya pertemuan ekonomi antara kawasan Asia dan Afrika yang digelar setiap tahun. Sebab, menurut mantan Duta Besar RI untuk Kerajaan Belanda itu, hingga sekarang belum ada forum yang menjembatani pertemuan di antara dua benua dan bersifat tahunan.

Sambangi RI, Sekjen OKI Bahas Upaya Pemberantasan Terorisme

Demikian ungkap Retno, ketika menghadiri pertemuan makan siang terbatas bersama media di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, pada Kamis, 9 April 2015. Sejauh ini, pertemuan kedua wilayah baru direalisasikan melalui Konferensi Asia Afrika (KAA) yang digelar tiap satu dekade sekali dan Asosiasi Poros Negara-Negara di kawasan Samudera Hindia (IORA). Namun, tidak semua negara di kawasan Asia Afrika menjadi anggota IORA.
Megawati: Perang Tak Selesaikan Masalah Timur Tengah


"Di Asia dan Eropa, kami memiliki pertemuan Asia-Europe Meeting (ASEM), sementara di kawasan Asia dan Amerika Latin, ada forum FEALAC. Di kawasan Asia dan Pasifik, ada APEC. Jadi, yang menjadi pertanyaan saya, apakah kita sudah memiliki jembatan untuk menghubungkan kawasan Asia dan Afrika," papar Retno.

Dia kemudian menanyakan hal lainnya, apakah pertemuan sekali dalam 10 tahun sudah cukup?


"Tentu, bagi Indonesia, hal tersebut belum cukup," imbuh dia.


Oleh sebab itu, selaku tuan rumah KAA, Indonesia akan memanfaatkan momen tersebut untuk mengintensifkan kontak di bidang ekonomi antara kawasan Asia dan Afrika. Di situlah, Retno menjelaskan, Forum Bisnis Asia Afrika dan Forum Ekonomi Dunia (WEF) akan berfungsi.


Data dari Kemlu mencatat dalam WEF akan dihadiri oleh 600 CEO. Menurut Retno, hal tersebut menandakan Indonesia dipercaya oleh dunia.


"Kami juga berusaha untuk mengajukan kegiatan yang bersifat ringan. Justru di situ soft diplomacy bisa menyatukan Asia dan Afrika," kata mantan Dubes RI untuk Kerajaan Norwegia itu.


Kemlu juga akan mendorong Kamar Dagang Indonesia (KADIN) agar merealisasikan hal tersebut. Niat untuk membangun jembatan di antara kedua negara juga dibangun antar parlemen.


Retno menjelaskan, di sela KAA, parlemen antar negara Asia dan Afrika juga akan menggelar pertemuan.


"Jadi di sisi eksekutif ada kontak, antar parlemen juga terjalin hubungan dan antar pengusaha pun begitu. Sehingga pertemuan nanti akan dibuat sekomprehensif mungkin. Semua lini bisa lebih dekat, antara kawasan Asia dan Afrika," papar Retno.


Pertemuan antar Menlu kawasan Asia dan Afrika pun, dia menambahkan, juga tidak tertutup kemungkinan. Indonesia akan mendorong sebuah pertanyaan apakah cukup menggelar pertemuan semacam ini dalam 10 tahun sekali.


Puluhan Kepala Negara


Sementara, terkait dengan pembahasan dokumen yang nantinya akan diusung di KAA, Retno mengatakan, saat ini telah mencapai 70 persen. Pekan ini adalah minggu terakhir dokumen tersebut dibahas di PBB New York, Amerika Serikat.


"Wakil Tetap RI di PBB, Desra Percaya, juga akan tiba di Jakarta pada 14 April esok. Sehingga saat sudah dibawa ke Jakarta, pembahasan dokumen sudah mencapai 80 persen hingga 90 persen," kata Retno.


Tiga dokumen yang nantinya akan dibawa ke KAA yakni Bandung Message (Pesan Bandung), upaya mengintegrasikan ulang kemitraan Asia Afrika dan Deklarasi Palestina. Sementara, total kepala negara yang telah memastikan diri hadir mencapai lebih dari 20 orang. Salah satu yang memastikan hadir dari kawasan Afrika yaitu, Presiden Zimbabwe, Robert Mugabe.


Peringatan 60 tahun KAA akan digelar di Jakarta dan Bandung pada 19 hingga 24 April 2015.


![vivamore="
Baca Juga
:"]




[/vivamore]
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya