Revolusi Saffron dan Peran Sentral Biksu di Myanmar

Revolusi Saffron
Sumber :
  • REUTERS
VIVA.co.id
Myanmar Diminta Tak Diskriminatif Terhadap Rohingya
- Revolusi Saffron merujuk pada warna-warna jubah para biksu Buddha, yang dengan gagah berani menggelar aksi protes besar-besaran, pada 2007, menentang kebijakan anti demokrasi junta militer Myanmar.

Tokoh Rohingya Sanjung Keramahan Warga Aceh Utara

Dikutip dari laman
Kemlu: RI Harus Bangga Bersedia Tampung Imigran
Burma Center , aksi protes dipicu penghapusan subsidi bahan bakar pada 15 Agustus 2007, menyebabkan lonjakan harga BBM hingga 66 persen, sementara gas sebanyak 500 persen.


Awalnya aksi protes dilakukan oleh pelajar dan aktivis. Tapi pada 18 September 2007, ribuan biksu Buddha ikut turun ke jalan untuk aksi protes damai. Tercatat 2.000 biksu terlibat pada 22 September 2007.


Mereka bergerak di jalan-jalan Rangoon, melewati barikade menuju ke rumah tokoh oposisi Myanmar Aung San Suu Kyi. Walau masih berada dalam status tahanan rumah, Suu Kyi tampil di publik untuk pertama kalinya sejak 2003.


Hari berikutnya 15.000 biksu melakukan aksi damai di Rangoon, yang berhasil menumbuhkan keberaniah puluhan ribu orang Myanmar, untuk turut turun ke jalan pada 24 September 2007.


Pada 26 September, militer Myanmar membubarkan aksi protes dengan keras. Kuil-kuil di gerebek, banyak biksu ditangkap. Namun saat itu internal militer dilaporkan mengalami perpecahan.


Revolusi Saffron


Dukungan biksu pada aksi protes damai, membuat sebagian tentara menentang perintah untuk menggunakan kekerasan, dalam menghentikan aksi protes.


Revolusi Saffron memang tidak memberikan hasil nyata, dalam proses reformasi di Myanmar. Namun itu menjadi peristiwa, yang memperlihatkan besarnya pengaruh biksu dalam kehidupan sosial dan politik di Myanmar.


Konflik sektarian begitu mudah terjadi, ketika seorang biksu seperti Ashin Wirathu memutuskan menjadi pembela kebencian. Komunitas Rohingya menjadi sasaran utama Ashin selama ini.


Pandangan Ashin memang tidak mewakili sikap semua biksu Buddha di Myanmar, apalagi dunia. Namun hingga saat ini, para biksu Buddha juga belum secara tegas menyatakan menolak atau mendukung retorika kebencian Ashin.


Besarnya pengaruh biksu di Myanmar, semestinya dapat menjadi salah satu harapan, untuk menghentikan diskriminasi yang selama ini dihadapi orang-orang Rohingya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya