PM Australia Tak Bantah Soal Bayar Kru Kapal Pencari Suaka

Perdana Menteri Australia, Tony Abbott
Sumber :
  • REUTERS/Sean Davey
VIVA.co.id
Kemlu: Hubungan RI dan Australia Tidak di Titik Nadir
- Perdana Menteri Australia, Tony Abbott, tidak membantah adanya laporan penjaga perbatasan laut dan bea cukai yang telah memberikan sejumlah uang kepada kapten dan kru kapal yang membawa 65 pencari suaka. Puluhan pencari suaka yang berasal dari Bangladesh, Sri Lanka dan Myanmar itu dilaporkan akan berlayar menuju ke Selandia Baru. 

Marty Natalegawa: Hubungan RI-Australia Kini di Titik Nadir
Harian Australia, Sydney Morning Herald (SMH), Jumat 12 Juni 2015 melansir pernyataan Abbott yang menolak untuk berbicara mengenai detail operasi wilayah perbatasan. Baginya yang terpenting adalah berhasil menghentikan kapal pencari suaka agar tidak mendarat di Negeri Kanguru. 

Menteri Australia Tahu Fakta Soal Bayar Penyelundup Manusia
"Pemerintah Australia akan melakukan apa pun yang kami perlukan untuk menghentikan perdagangan jahat ini berhenti," kata pemimpin Partai Liberal itu. 

Ketika didesak lebih jauh oleh penyiar apakah dia mendukung metode pembayaran kepada sindakat perdagangan manusia, Abbott menolak untuk membeberkan kesimpulan apa pun. Dia hanya menyebut badan perlindungan sejauh ini telah bertindak luar biasa untuk bisa mencari strategi dan menghentikan penyelundupan manusia. 

Tetapi, menurut penyiar Radio 3AW, Neil Mitchell, Abbott membenarkan adanya kemungkinan pembayaran sindikat perdagangan manusia itu agar bersedia kembali ke perairan Indonesia. Puluhan orang pencari suaka itu berniat berlayar ke Selandia Baru. 

Namun, ketika tengah berlayar ke Australia, kapal mereka sudah dicegat oleh Angkatan Laut dan penjaga perbatasan Australia pada 30 Mei kemarin. Mereka kemudian didorong kembali ke perairan di Pulau Rote. 

Tetapi, menurut informasi dari polisi Pulau Rote, Hidayat, sebelum didorong balik, keenam kru diberikan uang senilai AUD$5.000 atau setara Rp51,5 juta oleh pejabat berwenang Australia. Kru tersebut ditahan ketika tiba di Pulau Rote dan tengah dimintai keterangan mengenai tindak penyelundupan manusia. Selain itu, mereka juga tengah menyelidiki apakah tuduhan pemberian uang itu benar. 

Sementara, juru bicara Kementerian Luar Negeri RI, Arrmanatha Nasir, mengaku telah mendengar laporan tersebut. Namun, Pemerintah Indonesia khawatir terhadap perbuatan Australia itu. 

"Jika itu benar, maka tindakan tersebut sangat mengkhawatirkan, jika pejabat berwenang memberikan uang kepada pelaku penyelundupan manusia untuk mendorong balik perahu ke tengah laut," kata dia. 

ATM Terapung

Adanya laporan pemberian uang terhadap pelaku penyelundupan manusia turut membuat berang Partai Buruh. Juru bicara Imigrasi dari Partai Buruh, Richard Marles, mengatakan jika pembayaran benar-benar terjadi, maka hal tersebut merupakan perkembangan yang mengerikan. Sebab, Angkatan Laut menjadi mesin ATM terapung. 

"Justru yang perlu kita lakukan adalah mengurangi faktor penarik agar tak melakukan perjalanan ini," kata Marles. 

Tetapi, dengan adanya laporan tersebut, kemungkinan yang terjadi sebaliknya. 

"Mereka justru akan semakin tertarik ketika mengetahui kapal AL Australia yang mencegat kapal pencari suaka justru menerima chek yang dikumpulkan dari warga yang membayar pajak di Australia," kata Marles. 

Dia menambahkan, para penyelundup manusia seharus dihukum dan diadili. Bukan malah muncul di samping kapal AL Australia yang justru bisa menjadi seperti mesin ATM yang mengapung di laut dan memberikan mereka uang. (ren)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya