Bule Inggris Jajakan Tempe di Pusat Kota London

Tempe
Sumber :
  • iStock
VIVA.co.id
Pensiunan Dokter Diduga Tewaskan Ratusan Pasien
- Selama ini tempe dikenal sebagai makanan khas dari Indonesia. Namun, apa jadinya jika seorang bule Inggris menjual tempe di pusat kota London?

Salah Mengira Kuil sebagai Masjid, Diplomat Inggris Dikecam
Tengok pengalaman William Mitchell yang merintis usaha berjualan tempe di London. BBC Indonesia, Jumat, 26 Juni 2015, melansir Mitchell mulai gemar menyantap tempe ketika bekerja sebagai guru Bahasa Inggris di Jakarta pada tahun 1995 lalu. Saat itu dia menyantap tempe di Kelapa Gading. 

Nonton Konser, Cara Ratu Elizabeth II Rayakan Ultah ke-92
"Pertama kali saya melihat tempe saya bertanya, 'Apa ini?' Ternyata itu tempe. Setelah saya coba ternyata rasanya enak. Setelah itu setiap hari saya makan tempe," kata Mitchell. 

Akhirnya makan tempe menjadi kebiasaan tersendiri bagi Mitchell. Selama tujuh tahun, pria bule itu tak pernah absen mengonsumsi tempe. Dia mengaku sering makan tempe di warteg.

Tertarik dengan cita rasa tempe, Mitchell kemudian memutuskan untuk belajar cara membuat tempe di beberapa kota di Pulau Jawa, termasuk di Malang, Jawa Timur. 

"Saya belajar membuat tempe selama beberapa bulan di Jawa dari beberapa pembuat dan setelah beberapa bulan saya mampu membuat tempe dengan kualitas tinggi di Inggris," kata Mitchell. 

Merasa mahir membuat tempe, dia mencoba peruntungan dengan mendirikan satu tenda di pinggir jalan kota London 1,5 tahun lalu. Tenda itu diberi nama oleh Mitchell "Warung Tempe". 

"Setiap Rabu, Kamis, dan Jumat, saya datang pagi untuk membuat tenda di pasar. Kemudian, saya memasak dan berjualan selama dua jam di waktu makan siang," ujar Mitchell menjelaskan. 

Pada awalnya, dia mengaku sulit menjual makanan tersebut untuk orang-orang kulit putih. Untuk bisa mendirikan Warung Tempe, Mitchell menggunakan banyak uang tabungannya. 

"Tetapi, sekarang sudah lumayan mulai menghasilkan," kata Mitchell menambahkan.

Mitchell berkisah setiap pagi sekitar pukul 07.30, ia mendirikan tenda. Dibantu satu orang, dia mulai memasak tempe di tendanya sekitar pukul 10.00. Mitchell mulai berjualan di saat jam makan siang. 

Aktivitas Mitchell pun mulai tersebar di media sosial dan menarik pengguna Facebook. Seorang pengguna akun Facebook bernama MGeklan berkomentar, "Wah, tempe diminati dan disukai oleh orang asing?"

Sementara, pengguna Facebook lainnya, Siroj Hikam bertanya, "Siapa saja konsumen yang membeli tempe?"

Mitchell menjawab sebagian besar pelanggannya adalah orang Inggris di London. 

"Namun, karena London termasuk kota internasional, jadi konsumen saya datang dari seluruh dunia," kata dia. 

Mitchell tak hanya menjajakan tempe buatannya di pinggir jalan kota London, melainkan juga melalui media sosial Facebook. Salah satu menu tempe yang ditawakan, yaitu tempe kari. 

"Jadi, saya memutuskan cara terbaik untuk memperkenalkan makanan yang masih baru bagi banyak orang di Inggris yakni dengan menjual di pinggir jalan," ucap Mitchell menambahkan.  

Cita-cita Mitchell tidak hanya sekadar meraup keuntungan dari bisnis itu saja. Tetapi, dia juga ingin mengenalkan tempe agar bisa masuk ke dapur setiap warga Inggris. 

Klik di sini untuk menyaksikan video aktivitas William Mitchell berjualan tempe di London. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya