- Live Leak
Dilansir dari History, serangan pada 3 Juli 1988 itu terjadi sebelum berakhirnya Perang Iran-Irak. AS menembakkan dua rudal, berdalih mengira itu merupakan pesawat militer Iran. Ternyata yang ditembak adalah pesawat sipil milik maskapai Iran Air nomor penerbangan 655 dengan rute Tehran-Dubai.
Iran menyebut penembakan pesawat sipil itu sebagai pembantaian yang barbar. Namun para pejabat AS bersikeras membela diri, menuding pesawat terbang di luar koridor pesawat komersial.
Namun semua bukti sudah sangat jelas, tidak banyak rekayasa bisa dilakukan oleh AS, sehingga satu bulan kemudian otoritas AS akhirnya mengakui pesawat Airbus itu terbang di koridor komersial.
Sebelumnya AS mengklaim pesawat terbang pada ketinggian 7.800 kaki, tapi bukti-bukti memperlihatkan pesawat berada pada ketinggian 12.000 kaki. Pesawat juga tidak menyimpang seperti diklaim AS.
Walau menerima bukti-bukti itu, tapi otoritas AS tetap mencari kambing hitam, menimpakan tuduhan pada kru kapal yang disebut mengalami tekanan psikologis, karena bertugas pertama kali sehingga melakukan kesalahan.
Baru pada 1996 atau delapan tahun setelahnya, AS setuju membayar kompensasi sebesar $62 juta, bagi para keluarga korban yang tewas, dalam kasus penembakan kapal komersial oleh AS.
Penembakan pesawat komersial dianggap sebagai kekejaman luar biasa, namun itu kembali terulang pada 2014 lalu, dengan penembakan pesawat Malaysia Airlines bernomor penerbangan MH-17 di Ukraina.
AS dan negara-negara sekutunya, dengan cepat menyebut Rusia, sebagai sasaran baru untuk dituduh sebagai pihak yang melakukan penembakan pesawat. (ren)