Ini Alasan Kakek Jepang Bakar Diri dalam Kereta Cepat

Penumpang kereta cepat Jepang ditandu oleh petugas medis
Sumber :
  • REUTERS/Toru Hanai
VIVA.co.id
Travel Jepang Bikin Program 'Bersih-bersih Paris'
- Angka bunuh diri di Jepang dilaporkan terus mengalami peningkatan tajam. Berdasarkan data dari
BBC
Mengharukan, Ini Bukti Suami Sayang Istri
, pada 2014 lalu, lebih dari 25 ribu orang mengakhiri hidupnya.
Ini Kontribusi Nyata Indonesia untuk Palestina

Dari data tersebut diperoleh, setidaknya, per hari ada 70 orang bunuh diri dan didominasi oleh kaum pria.

Namun, angka itu tidak menjadikan Jepang sebagai negara maju dengan tingkat  bunuh diri di dunia. Peringkat pertama diduduki oleh Korea Selatan.


Ada beberapa tempat kejadian bunuh diri di Negeri Sakura tersebut. Seperti di kereta api supercepat Shinkansen. Pada Selasa lalu, 30 Juni 2015, seorang pria membakar diri dalam kereta peluru Shinkansen.


Apa yang mendorong seorang pria tua pendiam mencelupkan diri dalam bahan bakar dan membakar diri dalam kereta penumpang yang sedang melaju cepat?


Media Jepang melaporkan bahwa orangtua itu sendirian dan pengangguran. Dia sering mengumpulkan kaleng aluminium lalu dijual untuk daur ulang. Saat kejadian, dia dilaporkan telah mengusir penumpang memberitahu adanya bahaya.


Beberapa saksi mata mengatakan raut wajah pria tersebut tampak sendu dan matanya berkaca-kaca. Tetangga menceritakan pernah mendengar orangtua itu memecahkan jendela setelah mengunci dirinya sendiri di apartemen kumuh.


Menurut Wataru Nishida, Psikolog di Tokyo’s Temple University, perasaan terisolasi adalah pemicu utama depresi dan bunuh diri. "Ketika semua gagal kau tinggal bunuh diri dan asuransi akan membayar," kata Wataru.


Wataru menilai, saat ini orangtua sudah terbiasa membaca berita tentang orang meninggal sendirian di apartemen. Mereka terabaikan. Anak yang dulunya merawat orangtua di Jepang masa lalu, kini tidak ada lagi.


Ditambah lagi ada cerita kepahlawanan tradisi mati terhormat juga menjadi alasan tingginya angka bunuh diri itu. Seperti Samurai  yang membunuh dirinya dengan samurai atau Pilot Kamikaze muda di tahun 1945 menunjukkan perbedaan budaya Jepang memilih mengakhiri hidupnya.


Wataru menuturkan, pengalaman selama 40 tahun menunjukkan bahwa orang berumur yang memiliki masalah finansial sering melihat bunuh diri sebagai jalan keluar. Sistem asurasi di Jepang sangat longgar dalam pembayaran untuk bunuh diri.


"Jadi ketika semua terasa gagal, beberapa orang merasa kau tinggal bunuh diri dan asuransi akan membiayamu," ujarnya.


Kadang-kadang ada tekanan tak tertahankan pada orangtua bahwa hal yang paling penuh kasih yang dapat mereka lakukan adalah mengakhiri hidup dan dengan demikian memberikan bagi keluarga mereka.


"Karena itu angka bunuh diri sebenarnnya lebih tinggi dari yang dilaporkan," ujarnya.


Banyaknya kematian orangtua yang hidup sendirian tidak pernah diselidiki polisi. Menurut Ken Joseph, praktek kremasi universal juga berarti menghancurkan semua bukti fisik


Tapi, tidak hanya lansia yang bunuh diri karena kesulitan keuangan. Banyak juga kasus bunuh diri pada usia 20-44 tahun. (one)


Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya