Kisah Empat Pelajar Prancis Jadi Relawan Satwa Liar di RI

Empat pelajar Prancis yang berlibur di Indonesia
Sumber :
  • VIVA.co.id/Dyah Ayu Pitaloka
VIVA.co.id
Kejuaraan Golf Internasional, Pj Gubernur Sumut Optimis Jadi Ajang Pembinaan Atlet
- Empat pelajar asal Prancis mengisi waktu berliburnya di Indonesia dengan cara menarik. Agatha Dimur, Dea Tibaw, Elias Baron dan Elise Chaptel memilih menghabiskan liburan selama satu bulan di Indonesia dengan cara menjadi relawan sebuah lembaga konservasi satwa. 

5 Fakta Menarik Jelang Duel Everton vs Liverpool di Premier League
Kepada VIVA.co.id yang menemui mereka pada Sabtu kemarin, Dimur mengatakan, mereka ikut bergabung dengan lembaga bernama ProFauna. Untuk bisa bergabung dengan lembaga tersebut dan menjadi relawan, keempatnya rela merogoh dana senilai US$250 atau setara Rp3,3 juta dengan kurs saat ini.

Hakim Geram ke Saksi di Sidang Korupsi Tol MBZ: Proyek Triliunan Gini kok Main-main
"Kami memilih ke Indonesia untuk menghabiskan liburan selama satu bulan. Dua pekan untuk jalan-jalan, sisa dua minggu lagi untuk berlibur dengan menjadi relawan," ujar Dimur.

Dia menjelaskan, baru saja berkunjung ke SDN Tamanharjo 1, Singosari Kabupaten Malang, Jawa Timur. Di sana mereka mengajak sekitar 200 pelajar dari kelas tiga hingga enam untuk lebih peduli terhadap lingkungan dan satwa di sekitarnya.

Mereka juga memutar film tentang lingkungan. Agar pesan yang mereka sampaikan bisa dipahami oleh para siswa, relawan ProFauna lain ikut mendampingi dan menjadi penerjemah. 

Dimur tampak bersemangat menuturkan pengalamannya tentang pasar burung Splendid yang ada di kota Malang. Keempatnya berkunjung ke sana pada Jumat kemarin. Ikon kota wisata bersejarah tersebut kini berubah dan dipenuhi para penjual binatang, mulai dari kucing, anjing peliharaan, aneka burung hingga satwa liar eksotis.

"Di sana banyak sekali burung hantu, kucing, anjing hingga bayi kera yang dijual di dalam kandang sempit dan berkarat. Rasanya, saya ingin membuka kandang itu dan membiarkan mereka berlari bebas," ujar Dimur.

Dia menambahkan, memelihara satwa liar di dalam kandang sempit, merupakan tindakan kejam dan mengerikan. "Jangan pernah melakukannya."

Keempat pelajar yang menimba ilmu di ISTOM Development of Agronomy di The International Way School itu juga bertualang di Petung Sewu. Di lokasi yang dijadikan markas ProFauna itu, mereka menyiangi tanaman, memberi nama ilmiah aneka tanaman dan merawat satwa berusia tua yang ada di kandang khusus. 

Mereka turut memandu tamu yang sedang berkunjung ke Petung Sewu. Dia mengaku tidak mempermasalahkan jika harus mengeluarkan biaya senilai Rp3,3 juta. Dimur mengatakan, semua biaya yang mereka keluarkan itu setimpal.

"Biaya hidup di sini juga tergolong murah. Di Prancis untuk sekali makan, kami bisa menghabiskan sekitar 10 Euro atau Rp149 ribu Sementara, dengan biaya 227 Euro atau setara Rp3,3 juta, kami bisa tinggal selama dua pekan, sambil belajar banyak mengenai lingkungan dan alam. Itu sangat bernilai bagi kami," ujar Dimur. 

Dia menambahkan, tahu mengenai Indonesia, dari temannya yang sudah lebih dulu ke Indonesia. Selain ke Malang, mereka juga berkelana ke Kawah Ijen di Banyuwangi, Jawa Timur, beberapa candi dan pantai di Yogyakarta, ke Jakarta dan Bogor, Jawa Barat. 

(mus)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya