China Bangun Kampus Islam Senilai Rp570 Miliar

Masjid di China.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Arfi Bambani Amri
VIVA.co.id
Terpopuler: Aerox Terbakar Usai Geber Knalpot, Mobil Laku 100 Ribu Unit dalam 3 Bulan
- Meski dikenal sebagai negara berpaham komunis, pemerintah China sangat memperhatikan kehidupan beragama. Setiap tahun, negara ini mengucurkan triliunan rupiah untuk umat beragama di negara berpopulasi terbesar di dunia itu.

Gegara Ribut soal Baju Lebaran, Pria di Lampung Bunuh Saudara Kembar
Terbaru, China membangun sebuah perguruan tinggi Islam di daerah Otonom Xinjiang yang berpopulasi mayoritas muslim (lebih dari 10 juta jiwa). Kompleks kampus yang berada di zona pembangunan Urumqi ini menelan biaya 260 juta Renminbi atau sekitar Rp572 miliar.

Arsjad Buka Suara Soal Kabar Pertemuannya dengan Prabowo
"Akhir tahun ini, kami akan pindah ke kampus itu," kata Alimu Abdul Rahman, Wakil Rektor Perguruan Islam Xinjiang, saat menjamu rombongan wartawan dari Indonesia dan Malaysia, Minggu 2 Agustus 2015, di Urumqi, Xinjiang.

Kampus baru ini menempati lahan seluas 450 acre. Di atasnya terdapat masjid, asrama, pusat riset, stadion olahraga, dan perpustakaan. Alimu menargetkan, kampus baru ini nanti bisa menampung ribuan mahasiswa.

Saat ini, perguruan yang sudah berusia 28 tahun itu hanya bisa menampung dua ratusan mahasiswa. Perguruan ini selain melayani sarjana strata 1, juga melayani pembekalan jemaah haji dan pelatihan imam dan khatib masjid di seluruh penjuru Xinjiang.

Lulusan perguruan ini nanti bisa mengisi posisi imam dan khatib di 23.800 masjid yang tersebar di Daerah Otonom Xinjiang yang berpenduduk sekitar 22 juta orang dengan sekitar separuhnya beragama Islam itu.

Perguruan ini mendidik mahasiswa mengenai agama dan kebudayaan Tiongkok. Pengajaran agama yang meliputi 70 persen pengajaran berisi materi bahasa Arab, Sastra Arab, Quran, Hadist, Sunnah, dan kebudayaan Islam. Sementara 30 persen lagi berisi materi soal kebudayaan Uyghur (etnis terbesar di Xinjiang), kebijakan kebudayaan Tiongkok  dan kondisi kekinian Xinjiang.

Untuk masa studi lima tahun, para mahasiswa membayar uang kuliah sekitar 2.500 yuan atau sekitar Rp6 juta. Uang kuliah itu pun, kata Alimu yang beretnik Uyghur itu, adalah untuk uang makan mereka. Sebagian besar perkuliahan ditanggung pemerintah China.

Perguruan Islam Xinjiang bukan satu-satunya di Daerah Xinjiang yang luasnya seperenam Tiongkok itu. Terdapat empat perguruan Islam lainnya, namun perguruan yang dipimpinnya merupakan yang terbesar.

Sejauh ini, mereka telah menghasilkan ribuan lulusan. Sejumlah tenaga pengajar mereka juga jebolan dari Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir. 

Jika sudah pindah ke kampus baru, Alimu merencanakan kampus lama digunakan untuk membuka kuliah pascasarjana. Kemudian masjid yang ada sekarang tetap berfungsi melayani publik.

Islam tumbuh

Pembangunan kampus baru ini menandakan pula bertambahnya tempat ibadah untuk umat Islam di Xinjiang. Alimu menyatakan, terdapat setidaknya 23.800 masjid di Xinjiang, dengan sebagian besar imam dan khatibnya mendapatkan tunjangan dari pemerintah China.

Terdapat lebih dari 29 ribu orang-orang yang bekerja untuk kemakmuran Islam sebagai imam dan masjid.

"Setidaknya mereka digaji 2.500 yuan sebulan, belum lagi mendapat infak dari jamaah," kata Alimu. 2.500 yuan jika dikonversi ke rupiah lebih dari Rp5 juta.

Seorang pejabat pemerintah yang menemani rombongan menyebutkan, penganut Islam di Xinjiang terus bertambah. Alimu sendiri menyebutkan, setidaknya untuk 400 muslim terdapat satu masjid.

Dari 13 etnik asli Xinjiang, 10 di antaranya merupakan penganut Islam. Sebagian besar mereka menganut Islam sunni, kecuali etnis Tajik dan Kirgis yang Syiah. (ase)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya