Makan Cumi di Kota Terjauh dari Laut

Makan Cumi di Kota Terjauh dari Laut Sedunia
Sumber :
  • VIVA.co.id/Arfi Bambani Amri
VIVA.co.id - Butuh terbang selama empat jam dari Beijing ke Ibu Kota Daerah Otonom Uyghur Xinjiang, Urumqi. Jarak lebih dari 2.500 kilometer membentang di antara kedua kota ini.
Tiongkok Bangun Hanggar Pesawat di Laut China Selatan

Urumqi (dilafalkan u-rum-ci) merupakan hub bagi China untuk menuju ke negara-negara di Asia Tengah seperti Kazakhtan, Tajikistan, atau bahkan Rusia. Urumqi adalah bagian dari lalu lintas kuno antarbenua yang dikenal sebagai Jalur Sutera.
Menanti Data Inflasi China, Bursa Asia Dibuka Naik

"Xinjiang berbagi perbatasan dengan delapan negara, yakni Rusia, Mongolia, Kazakhstan, Tajikistan, Kirgistan, Afghanistan, India dan Pakistan," kata Deputi Direktur Jenderal Kantor Urusan Luar Negeri Xinjiang, Wu Guangrong, saat menjamu jurnalis dari Indonesia dan Malaysia pada akhir Juli 2015 di kantornya di Urumqi.
Laut China Selatan Memanas, Beijing: Siap-siap Perang

Wu menjelaskan, Xinjiang memiliki nilai strategis secara geografis, kebudayaan, ekonomi dan kedokteran. Jika peta bumi dibentangkan, Xinjiang akan terlihat berada di tengah-tengah benua Eropa dan Asia.

Apalagi dengan pencanangan Jalur Sutera Baru yang disebut Presiden China, Xi Jinping sebagai One Belt One Road, jelas Xinjiang akan menjadi pusat utama dari rencana jangka panjang itu. Xinjiang dan khususnya Urumqi akan menjadi pusat lalu lintas logistik dan transportasi.

Saat ini, China sedang membangun Jalur kereta peluru yang menghubungkan Beijing dengan Urumqi. Proyek yang akan memangkas waktu tempuh perjalanan kereta api dari 30 jam menjadi separuhnya itu akan selesai akhir 2015.

Cara termudah mencapai Urumqi adalah dengan penerbangan. Bandara Urumqi memiliki kapasitas yang besar, dengan tiga terminal, sehingga terdapat penerbangan hampir ke semua kota besar di China dan penerbangan ke kota-kota kecil di sekelilingnya setiap hari.

Urumqi bukan hanya menjadi pusat logistik bagi kota-kota di Daerah Xinjiang. Dia juga memasok kebutuhan untuk sejumlah negara tetangga China seperti Kazakhstan dan Rusia.

"Ada lelucon soal Urumqi," kata Li, seorang pegawai Kantor Urusan Luar Negeri Xinjiang. "Menurut orang Kazakhstan, kota terbesar di dunia itu, nomor satu, London; nomor dua, New York; dan nomor tiga, Urumqi," katanya sambil tergelak.

Barang-barang dari pantai timur China yang industrinya berkembang pesat dipasarkan ke negara-negara tersebut melalui Urumqi. Tak mengherankan, meski tercatat sebagai kota terjauh dari laut sedunia (terdekat ke Samudera Hindia, yakni sekitar 2.500 kilometer), Anda tetap bisa menikmati sajian ikan laut, cumi-cumi dan kepiting yang dihasilkan nelayan-nelayan di pantai timur China.

Kuliner Xinjiang adalah salah satu yang terbaik di China. Bertemunya puluhan etnis dari beragam peradaban menghasilkan kuliner yang unik dan lezat. "Sebagai pusat kebudayaan, banyak peradaban bertemu di sini. Mulai dari peradaban China, Islam, Romawi, India dan Turki," kata Wu.

Xinjiang bisa dikatakan sebagai China Kecil karena memiliki semua etnis yang ada di negeri berpopulasi terbanyak di dunia ini, yakni lebih dari 50 etnis. Namun dari jumlah itu, 13 etnis bisa disebut penghuni awal negeri yang luasnya seperenam total luas China itu. Sepuluh di antaranya umumnya menganut Islam, dengan etnis Uyghur sebagai yang terbesar, hampir mencapai 50 persen dari populasi Xinjiang yang mencapai 22 juta jiwa itu. Urumqi dihuni sekitar 5 juta jiwa.

Secara ekonomi, Xinjiang merupakan pusat keuangan dan industri di barat China. Terdapat lebih dari 30 perusahaan terbuka yang bermarkas di Xinjiang. Kemudian terdapat sejumlah perusahaan yang masuk jajaran Top 500 China juga bermarkas di Daerah Otonom yang mensyaratkan gubernurnya harus dari etnis Uyghur ini.

Dan saat ini, Xinjiang sedang menyiapkan lahan seluas 480 kilometer persegi sebagai Zona Pembangunan Ekonomi dan Teknologi Xinjiang (UETD) yang akan menjadi pusat logistik, finansial, teknologi dan kedokteran. Bahkan, Pemerintah China juga membangun sebuah kampus perguruan Islam di zona ini dengan mengucurkan uang setara dengan Rp570 miliar.

Di zona ini kini sudah terdapat pabrik pembuat pesawat ringan, turbin pembangkit listrik tenaga angin, pabrik pembuatan mobil Volkswagen, dan banyak industri berat lainnya.

Uniknya, di saat yang sama ekonomi dan teknologi berkembang, industri pertanian dan pertambangan Xinjiang semakin kuat di pasar China atau pun dunia. Seperempat saus tomat yang dikonsumsi dunia berasal dari daerah ini. Xinjiang juga kelebihan listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik tenaga angin dan matahari.

"Pertumbuhan ekonomi Xinjiang selalu top ten di China," kata Shadiya, Asisten Sekretaris Jenderal Panitia China Eurasia Expo 2015. Eurasia Expo ini juga menjadi pintu masuk bagi investor asing untuk ikut bermain di ekonomi Xinjiang. "Sayang, partisipasi dari Indonesia sedikit sekali," kata Shadiya yang berdarah Uyghur itu.

Tidak mengherankan standar hidup warga Xinjiang sangat baik, mobil-mobil terbaik buatan Eropa, Jepang dan Korea Selatan berseliweran di jalan raya yang terkadang seperti di Urumqi, macet di saat jam berangkat kerja atau pulang kerja. Namun, meski belum memiliki jalur kereta bawah tanah untuk melayani komuter, Urumqi memiliki layanan bus rapid transit (BRT) yang mirip seperti TransJakarta di Jakarta.

Pada 2013, pendapatan per kapita Xinjiang sudah mencapai USD6.174. Hasil pertanian menyumbang 15 persen dari pendapatan domestik, namun penghasilan terbesar yakni 45 persen dari industri nonmetal.


*Arfi Bambani Amri adalah jurnalis VIVA.co.id yang diundang pemerintah China berkunjung ke Beijing dan Xinjiang. Arfi berada di Tiongkok antara 28 Juli 2015 sampai dengan 6 Agustus 2015.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya