Kontes Foto Selfie dengan Mayat

Berfoto selfie dengan mayat
Sumber :
  • VKontakte
VIVA.co.id
Naik Uber Saat Mabuk Ditagih Ongkos Rp23 Juta
- Seorang moderator komunitas media sosial di Rusia menggelar sebuah kontes swafoto (selfie) terbaik dengan mayat. Bagi kelompok yang berhasil memenangkan kontes tersebut bisa meraih uang tunai senilai antara 1.000 Ruble atau setara Rp212 ribu hingga 5.000 Ruble atau Rp1 juta. 

Heboh Bule Nyanyikan Lagu Gombloh dengan Merdu
Laman International Business Times, Rabu, 19 Agustus 2015, pria yang di dunia maya menggunakan nama Alfred Polyakov, mengatakan dia menggelar kontes itu sebagai bagian dari karya seni terbaik. Apa yang dilakukan Polyakov sebagai bentuk dukungan terhadap situs media sosial VKontakte yang telah menggelar kontes serupa lebih awal.

Merasa Gatal, Ternyata Ada 26 Kecoa di Telinga
Kontes tersebut dilarang oleh polisi, karena dianggap menganggu publik. Menurut juru bicara di bagian utara kota Syktyvkar, mereka telah melakukan penyelidikan terhadap komunitas selfie dengan jenazah yang populer di situs VKontakte. 

Penyelidikan dilakukan polisi karena ada keberatan dari keluarga yang memiliki jenazah dan fotonya dipublikasikan. Keluarga itu keberatan karena foto jenazah salah satu anggota keluarga mereka menjadi pemenang dalam kontes tersebut. 

Maka, mereka khawatir proses pemakaman akan terganggu oleh orang-orang yang berupaya untuk foto selfie dengan jenazah anggota keluarganya. Bahkan, keluarga sampai menyewa jasa pengawal untuk menjaga peti mati anggota keluarganya. 

Kendati telah dilarang, berdasarkan data pada hari Selasa kemarin, komunitas masih hidup. Bahkan, mereka memperbarui aturan mengenai cara untuk bisa mengirimkan foto selfie bersama jenazah. 

Polyakov mengatakan apa yang dilakukan oleh komunitas itu tidak salah. Dalam sebuah wawancara dengan situs berita Progorod Syktyvkar, dia mengatakan foto-foto yang diterima komunitas itu merupakan kenangan berharga dan menyentuh. 

Dia mengatakan sejauh ini, komunitas itu telah memiliki lebih dari 500 anggota. Mereka semua, kata Polyakov bersih dari tindakan hukum. 

Semua peserta yang mengikuti kontes itu telah melalui proses identifikasi. Mereka memiliki bukti bahwa keluarga tidak keberatan mereka berfoto bersama anggota keluarganya yang telah meninggal. 

"Kami percaya foto dengan orang yang telah meninggal juga seni," kata Polyakov. 

Dia mengaku tertarik untuk mengetahui ekspresi orang yang telah meninggal. Menurut dia, ekspresi itu menunjukkan estetik menarik dan fenomena sosial. Dia kemudian sering membandingkan dengan foto-foto post mortem yang populer di Inggris semasa era Ratu Victoria pada abad ke-19. (ren)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya