Indonesia Serukan Dua Korea Menahan Diri

Pasukan Korea Selatan berjaga di area perbatasan dua Korea
Sumber :
  • REUTERS/Kim Hong-Ji

VIVA.co.id - Indonesia menyerukan agar Korea Utara dan Korea Selatan untuk tetap tenang dan menahan diri meski tenggat waktu yang ditetapkan oleh Korea Utara untuk melancarkan serangan militer sudah lewat. Pertemuan menteri kedua negara di Zona Demiliterisasi (DMZ) diharapkan dapat meredam ketegangan.

Korut Tembakkan Dua Rudal Jarak Pendek

"Indonesia menekankan pentingnya mengurangi ketegangan dan menjaga kondisi kondusif bagi perdamaian, stabilitas dan pembangunan di kedua negara dan daerah," Kata Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno LP Marsudi melalui siaran pers yang diterima VIVA.co.od, Minggu 23 Agustus 2015.

Kementerian Luar Negeri Indonesia menyerukan segera dimulainya kembali mekanisme dialog serta inisiatif non-tradisional lainnya untuk mengintensifkan komunikasi antara kedua negara.
 
Kemarin, para petinggi kedua Korea menggelar dialog di Desa Panmunjom di area perbatasan. Korea Selatan diwakili oleh Menteri Unifikasi, Hong Yong-pyo dan penasihat keamanan, Kim Kwan-jin, sedangkan pejabat senior Hwang Pyong-so dan Kim Yong-gon mewakili Korut. BBC edisi Minggu, 23 Agustus 2015, menyampaikan bahwa hari ini pertemuan kedua pewakilan dilanjutkan kembali.
 
Hubungan kedua negara memanas, bermula dari tewasnya dua anggota pasukan Negeri Ginseng yang terluka akibat adanya ledakan ranjau di zona demiliterisasi. Korsel langsung menuding Pyongyang sebagai dalang yang menanam ranjau di area tersebut.
 
Namun, Korut membantah tudingan tersebut. Mereka beranggapan tuduhan itu tak masuk akal. Kemarahan Korut kian menjadi, ketika Korsel kembali memasang pengeras suara di area perbatasan sebagai program propaganda Negeri Ginseng.
 
Setiap harinya, melalui pengeras suara itu, Korsel menayangkan berita mengenai Negeri Ginseng. Tujuannya, agar berita itu didengar oleh pasukan Korut dan warga di perbatasan.
 
Harian Korea Times melansir siaran Korsel itu merupakan bagian dari trik perang psikologis. Program serupa sebenarnya coba dilancarkan Korsel pada 2010. Tetapi, pengeras suara yang dipasang ketika itu tidak berfungsi. Alhasil, Seoul menggunakan trik dengan menggunakan siaran radio FM yang bisa didengar hingga ke Korut.
 
Tahun lalu, kedua Korea sepakat untuk mencabut propanda pengeras suara mereka di wilayah perbatasan. Tetapi, Seoul justru menggunakan kembali strategi itu sebagai bentuk balas dendam karena dua pasukan mereka terluka.
 
Tak mau kalah, otoritas militer Korut juga ikut menggunakan strategi untuk menyiarkan siaran anti Korsel. Ketegangan kian menjadi, ketika Korut dilaporkan menembakkan artileri ke arah perbatasan ke Korsel. Seoul kemudian membalas dengan melepaskan puluhan artileri. Kedua pihak mengklaim tidak ada yang terluka.
 
Namun, Kim Jong-un kesal merespons serangan itu dan mengancam akan melakukan perang terbuka dengan Korsel. Mereka memberikan tenggat waktu hingga hari ini bagi Korsel untuk mencabut pengeras suara di area perbatasan atau akan terjadi perang. Demi menjaga keamanan warga di area perbatasan, Korsel memutuskan untuk memindahkan sementara waktu hampir 4.000 warga yang tinggal di sana.

Korut kembali luncurkan lima proyektil

Korut Kembali Berulah, Lima Proyektil Ditembakkan

Utusan AS dan China memperingatkan Pyongyang agar tak gegabah.

img_title
VIVA.co.id
21 Maret 2016