Perangi Pembajak, RI dan Malaysia Bentuk Tim Satgas Patroli

Ilustrasi Selat Singapura
Sumber :
  • REUTERS/Tim Wimborne/Files
VIVA.co.id
Indonesia Diminta Ratifikasi Tiga Konvensi Internasional
- Angkatan Laut Indonesia dan Malaysia sepakat untuk membentuk tim cepat tanggap untuk memerangi tingginya angka serangan pembajak yang menyasar kapal-kapal komersial di Selat Malaka dan Singapura. Tim gabungan itu diberi nama Satuan Khusus Penyelamat Dilengkapi Helikopter (STAR). 

Maskapai Ini Resmi Punya Pilot Perempuan
Dikutip dari kantor berita Reuters, Rabu, 26 Agustus 2015, tim STAR ini merupakan personel lainnya dari penjaga perbatasan yang telah dimiliki kedua negara. Direktur Isu Maritim di Departemen Badan Penegakan Maritim (MMEA), Laksamana Pertama Zulkifli bin Abu Bakar mengatakan, tim STAR memiliki tugas berbeda dari MMEA. 

Nikita Mirzani Pamer Aksi di Meja Judi Singapura
Personel MMEA akan merespons aksi perampokan dan peristiwa pembajakan. Sementara itu, tim STAR merupakan personel tambahan yang ditugaskan untuk melawan tindak kejahatan perampokan skala berat di atas laut atau melawan kelompok pembajak kakap. 

"Saya tidak bisa mengatakan kepada Anda berapa jumlah personel, tetapi tim ini cukup untuk melawan operasi antipembajakan apa pun," kata Zulkifli.  

Sementara itu, menurut juru bicara TNI AL, Zainuddin, tim STAR bukan tim baru. 

"Tim ini hanya memperluas kerja sama patroli dan koordinasi, khususnya di area Malaka. Kami telah berkomunikasi dan hasilnya signifikan," kata dia. 

Sebenarnya, di antara Indonesia, Malaysia, dan Singapura telah dilakukan patroli polisi dan AL di Selat Malaka serta Laut China Selatan. Tetapi, kerap kali terhalang kurangnya sumber daya. Sementara itu, tepi pantai dan pulau-pulau dijadikan tempat untuk bersembunyi oleh para pembajak dan menyusun rencana operasi. 

Pembentukan tim itu disambut baik oleh para pakar keamanan dan perkapalan. Tetapi, mereka mendorong agar ketiga negara bersikap lebih aktif lagi. 

"Masih tetap dibutuhkan keamanan yang permanen dan sikap pro aktif di area tersebut, khususnya saat malam hari," ujar manajer di perusahaan konsultasi maritim, Dryad Maritime di Singapura, Mark Thomas. 

Perairan di kawasan Asia Tenggara diketahu banyak terjadi tindak perampokan dan titik yang paling banyak pembajak. Tahun ini, sebanyak 84 peristiwa pembajakan terjadi di perairan di Asia Tenggara. 

Sementara itu, data dari Kesepakatan Regional mengenai Perang Melawan Pembajakan dan Perampokan Bersenjata terhadap Kapal (ReCAAP), kejadian terbaru terjadi di Indonesia dua hari lalu. Serangan pembajaklan berasal dari satu kelompok penyerang.

Namun, para ahli keamanan tidak bisa membandingkan kejadian pembajakan di area Singapura dengan yang terjadi di tepi pantai Somalia. Pembajakan di Afrika kerap dilakukan oleh pembajak bersenjata berat. Mereka juga menyerang kapal-kapal besar dan tidak segan menawan kru kapal. 

Sementara itu, di Selat Singapura, pelaku hanya dilengkapi senjata ringan seperti pisau atau tanpa senjata sama sekali. Mereka juga kabur usai merampok isi kargo kapal. (art)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya