5-9-1986: Pembajakan Pesawat Pan Am, Tewaskan 16 Orang

Maskapai Pan Am
Sumber :
  • Business Insider

VIVA.co.id - 29 tahun lalu, publik Pakistan dikejutkan dengan aksi pembajakan di pesawat Pan Am Boeing 747-121 yang baru saja mendarat di Bandara Internasional Jinnah.

Korban Ledakan Pakistan Bertambah Jadi 55 Orang

Pesawat segera terbang menuju ke Bandara Frankfurt di Main, Jerman Barat, dan akan melanjutkan perjalanan akhir ke Bandara Internasional, John F. Kennedy di New York, Amerika Serikat. 

Stasiun berita BBC, melansir, di saat dalam persiapan untuk lepas landas, tiba-tiba datang empat teroris yang menyamar sebagai petugas keamanan. Mereka membawa berbagai senapan, pistol, granat, dan ikat pinggang plastik yang mengandung alat peledak.
Reimburse Pakistan US$300 Juta Ditolak Pentagon

Walaupun, di bandara ada petugas keamanan di dekat pesawat, namun mereka tidak menyadari kehadiran teroris yang menyamar itu.
Pakistan Minta RI Kaji Ulang Hukuman Mati atas Warganya

Keempat teroris itu naik ke pesawat, melepaskan tembakan dari sebuah senapan otomatis dan menguasai pesawat. Para pramugari berhasil mengabarkan kepada ko-pilot, pilot, dan insinyur menggunakan intercom. Mereka pun berhasil melarikan diri dari pesawat. 

Beberapa penumpang juga berhasil kabur dan terhindar dari aksi pembantaian yang kejam. Namun, mereka berhasil menyandera sekitar 390 orang sekitar pukul 21.30 waktu setempat. 

Karena kru kabin yang asli kabur, maka keempat teroris itu menuntut diberi kru pengganti untuk menerbangkan pesawat. Mereka ingin terbang menuju ke Siprus, agar bisa membebaskan rekan-rekan mereka.

Pelaku, kemudian memindahkan para penumpang ke bagian tengah pesawat. Tiba-tiba listrik di dalam pesawat mati. Maka, suasana di dalam kabin pun menjadi gelap. 

Seorang pengusaha, Mohammed Amin yang berhasil selamat dari tragedi itu mengingat kembali, salah seorang pembajak mengatakan kepada rekannya waktu untuk jihad terakhir sudah tiba.

"Jika kita semua tewas terbunuh, kita akan menjadi martir," ujar Amin mengenang kalimat itu. 

Pelaku, kemudian menghitung hingga ketiga sebelum menembakan dengan cara membabi buta. Pengalaman serupa juga dikenang oleh penumpang asal AS, David Jodice. 

"Mereka mulai menembak ke arah kami dalam kegelapan. Kami benar-benar panik, ketika mereka melempar granat tangan ke arah penumpang," kata Jodice. 

Di dalam kabin, Jodice mengaku melihat darah berceceran. Dia tidak bisa menebak saat itu berapa orang yang terbunuh, atau terluka. 

Sebuah kelompok yang tidak diketahui bernama Sel Revolusioner Libya dan Jundallah mengklaim keempat teroris itu bertindak atas keinginan mereka.

Dalam persidangan yang digelar pada 2001, diketahui pelaku ingin terbang ke Siprus dan Israel untuk menjemput tawanan Palestina. Kendati BBC menyebut total korban tewas berjumlah 16, namun media lain mencatat korban mencapai 20 orang. Sebanyak 12 orang di antaranya berasal dari India, sedangkan sisanya berasal dari AS, Pakistan, dan Meksiko. 

Pelaku yang ditangkap selamat dijatuhi hukuman mati di Pakistan. Tetapi, vonis itu kemudian diubah menjadi hukuman seumur hidup, walaupun mendapat tentangan dari India dan AS. (asp)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya