Malaysia Tak Sanggup Hidup dengan Kabut Asap Indonesia

Kabut Asap Masih Selimuti Singapura
Sumber :
  • REUTERS/Edgar Su
VIVA.co.id
Mengapa Praktik Bakar Hutan Berulang Lagi?
- Pejabat berwenang Malaysia pada hari ini kembali menggelar pertemuan komite khusus untuk membahas cara mengatasi kabut asap yang dikirim dari Indonesia. Ini merupakan pertemuan nasional ketiga yang digelar di Malaysia dalam tiga pekan terakhir. 

DPR Pertanyakan SP3 atas Perusahaan Tersangka Pembakar Hutan
Hal tersebut menjadi indikasi betapa serius permasalahan kabut asap yang dikirim oleh Indonesia. Stasiun berita Channel News Asia, Selasa, 6 Oktober 2015 melansir pertemuan itu dihadiri pejabat berwenang dari Departemen Lingkungan, Kementerian Kesehatan, dan Kementerian Pendidikan. Ketiga bidang itu yang diklaim oleh Negeri Jiran terkena dampak yang parah akibat kabut asap. 

Zumi Zola Berikan Eskavator Tiap Kecamatan di Jambi
Lebih dari 2 juta siswa terpaksa tak bersekolah pekan ini, sebab tingkat konsentrasi polutan mencapai tingkat yang tidak sehat di beberapa negara bagian. Acara olah raga yang tergolong besar terpaksa ditunda, warga yang menjadi sakit kian bertambah, sehingga mereka mengeluh dan beberapa industri seperti bidang perikanan serta pariwisata khawatir akan ikut terkena dampaknya. 

Dari keterangan yang diterima dari Pemerintah Indonesia, Malaysia dikabari negara tetangganya itu membutuhkan waktu tiga tahun untuk memadamkan kebakaran hutan. Negeri jiran mengaku khawatir waktu tiga tahun terlalu lama. Mereka mengatakan sudah tidak bisa lagi hidup diselimuti kabut asap. 

Otoritas berwenang Malaysia telah mencoba untuk membuat hujan buatan, tetapi pada dasarnya mereka merasa permasalahan harus diatasi dari sumbernya. 

Menteri Lingkungan dan Sumber Daya Alam Malaysia, Wan Junaidi Tuanku Jaafar mengatakan, telah mencoba untuk bertemu dengan pejabat dari RI dan membahas sebuah nota kesepahaman mengenai kabut asap lintas negara.

Negeri Jiran berharap pada akhirnya akan memiliki sebuah kesepakatan dengan Indonesia seperti yang dimiliki dengan Singapura. Upaya itu agar bisa diambil tindakan yang lebih tegas terhadap perusahaan yang melakukan pembakaran secara terbuka. 

Kendati telah berupaya bertemu, Wan mengatakan sulit untuk bisa menentukan tanggal pertemuan. Selain itu, Malaysia mengaku bingung dengan sikap Jakarta yang tidak merespons tawaran bantuan dari Malaysia.

"Kecuali jika Anda mengartikan sikap diam berarti sebuah penolakan, karena selama ini mereka diam saja," kata Wan. 

Sebelumnya, Indonesia telah menolak tawaran dari Singapura dengan menyebut telah memiliki sumber daya yang cukup untuk mengatasi kebakaran hutan. Padahal, sebelumnya negeri jiran mengaku siap untuk membantu meredakan kabut asap yang telah berlangsung puluhan tahun. 

Menyebar ke Thailand

Kabut asap kini telah juga menyebar ke wilayah lainnya di Asia Tenggara. Selain Malaysia dan Singapura, kabut telah menyelimuti area selatan Thailand dan Filipina. 

Harian Bangkok Post, Senin, 5 Oktober 2015 melansir tingkat udara di beberapa provinsi seperti Songkhla, Yala, dan Pattani dinyatakan tak sehat sejak Senin kemarin. Angkanya telah mencapai 171 mikrogram per kubik meter. 

Pejabat berwenang dari Indonesia mengatakan tingkat polusi dari Indonesia telah meningkat dalam waktu 24 jam terakhir. Otoritas di sana juga telah membuka nomor hotline untuk memberi saran dan menyerahkan masker penutup wajah. 

Kepala Kesehatan Provinsi Pattani, Banjered Sukpipatpanont, mengatakan, situasi kemungkinan besar akan terus memburuk dalam beberapa bulan mendatang. Sebab, hingga saat ini Indonesia belum berhasil mengatasi kebakaran hutan. 
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya